Selasa, 04 September 2012

Culinary Trip - Penang (part 1)

landmark penang

Kalau trip Thailand kemarin merupakan trip "jalan-jalan", saat kami di Malaysia (Penang, KL, Melaka) merupakan trip kuliner. Ada beberapa tempat wisata yang kami kunjungi, tapi lebih dominan makannya. Bahkan saat baru naik mobil Khim, dia sudah berkata "I hope you're ready for pork marathon". WOW!!!


Hari 1
Khim sudah booking penginapan untuk kami selama 2 malam, yaitu di Red Inn Court (Jalan Mesjid Kapitan), di daerah Georgetown, seharga total RM126. Penginapan ini terletak di salah satu bangunan tua yang dilestarikan oleh UNESCO, yang dekat dengan landmark kota Penang. Fasilitas: ranjang susun untuk 2 orang, lemari, AC, free breakfast. Semua kamar di penginapan ini tidak ada kamar mandi dalam. Di dekat kamar mandi juga ada meja setrikaan (termasuk setrikanya) dan hair dryer, yang bisa dipakai bergantian.

Setelah check in, kami langsung keluar lagi untuk makan malam 2 ronde. Ronde pertama di Chulia Street (tempat minivan dari Phuket berhenti): char kwe tiaw, deep fried carrot cake, ngohyang, sosis, juice. Ronde kedua di Esplanade: tiram digoreng pakai telor, clamp, juice lagi (kali ini gelasnya guedeee). Kami yang tadinya kelaparan karena selama perjalanan kami hanya makan sate nugget dan kentang goreng di tempat pemberhentian bus, jadi amat kekenyangan. Tidur malam ini sambil perut membuncit.


Hari 2
Semalam kami sudah janjian bahwa Khim akan menjemput kami jam 10 pagi. Saya dan mama memulai hari kami lebih cepat. Kami sempat sarapan dan muteri area sekitar, dan narsis pastinya.

sarapan di penginapan

Tidak lama setelah kami kembali dari muter-muter, Khim menjemput kami bersama Julie, sepupunya.

Tempat pertama yang dituju adalah Macallum street. Saya tidak tahu kenapa kami kesini, sampai akhirnya saya bersama Khim turun ke tempat yang dituju. Ternyataaaa, kami akan membeli babi panggang dan babi casio untuk dijadikan snack selama kami muter-muter Penang hari ini X_X. Yang bisa makan yang haram seperti sana, sangat saya rekomendasikan untuk beli babi panggang di sini. Fresh dan garing...yummy banget deh pokoknya.

aslinya lebih nikmat dibanding fotonya

Setelah beli "snack", kami menuju komplek kuil Kek Lok Si yang ada patung Kwan Im gede, seperti big buddha-nya Phuket. Tidak ada tiket masuk ke kompleks kuil, hanya pada saat naik cable car dan ke pagoda yang perlu bayar.

tiket cable car ke patung Kwan Im - gak tahu harganya

Saya puas narsis di sini, setelah di Thailand kesempatan narsis sangat terbatas gara-gara gak ada yang bisa motoin pake slr. Untuk sampai ke patung Kwan Im ini, kita harus naik cable car dengan membeli tiket lebih dulu (harganya saya tidak tahu karena semua diurus Julie).

Kek Lok Si Temple

menuju patung Dewi Kwan Im

sudah sampai

Kami menjelajah setiap pelosok kuil. Sampai naik ke puncak pagodanya segala. Untung saja mama saya kuat ^^.

Lelah mengelilingi kompleks dan naik turun pagoda, kami langsung menuju ke kedai laksa di daerah Balik Pulau. Laksa terenak yang pernah saya makan. Berasa sedikit asam dan pedaaass. Santannya juga tidak berasa.

yang di sendok itu petis - optional

Kata Khim, laksa itu adalah makan pembuka untuk lunch kami. Hadeeehhh ...
Lunch sebenarnya di Bukit Genting Hill. Sejuknya mungkin mirip Genting di KL, tapi sebenarnya ini adalah kompleks perkebunan pribadi. Makanan di resto ini adalah halal. Mereka banyak menyajikan seafood. Menu kami siang itu: nasi putih, sup tom yam bening, ikan (entah dimasak apa), dan kangkung goreng (digoreng dengan tepung menjadi semacam kripik), dessert-nya semacam ronde dan es campur (dessert tidak sempat difoto, keburu abis).

our lunch

Sebelum makan, kami narsis dulu di spot-spot sekitar. Perlu naik turun tebing yang sudah didesain menjadi taman. Semakin lapar sajalah jadinya.

Setelah kekenyangan makan, saatnya membakar kalori dengan narsis. Khim mengendarai mobilnya menuju Teluk bahang dam. Kami narsis di sana sekalian menikmati sunset dan juga menunggu waktu yang pas untuk naik ke Penang Hill.



masih langsingan kodok >.<

Pembelian tiket cable car untuk ke Penang Hill dibedakan antara warganegara Malaysia dan non Malaysian. Beda harganya bisa 3x lipat. Saya menyamar sebagai warga Malaysia asli. Untuk itu, Julie perlu menyebutkan no KTP (yang dipakai nomor KTP adik dan mamanya) qiqiqiqiqi.

tiket cable car penang hill - harga warga lokal 8RM/orang

Sepulang dari Penang Hill, kami makan malam di sebuah foodcourt di daerah Sungai Penang Hawker Center. Menu makan malam saya: bubur kodok (terinspirasi kodong langsing di kuil tadi siang), dan martabak manis yang mini.

Penang night view from Penang Hill


Hari 3
Meskipun kemarin kami sudah muter-muter sekitar hotel, hari ini kami memutuskan untuk tetap bangun pagi supaya bisa sarapan dengan leluasa (sebelum tamu lain sarapan). Tapi kami sengaja untuk tidak makan banyak, karena Khim sudah bilang bahwa pagi ini kami akan makan dimsum. Kami berangkat seteah check out (nanti malam kami akan berangkat ke KL menggunakan night train).

Resto dimsum yang dimaksud terletak di daerah Butterworth, dekat dengan Penang Bird Park. Bukan restoran mewah, tapi dimsumnya yummyyy, dan harganya murah (sedikit lebih murah juga dibandingkan dimsum di Jakarta). Kami susah dapat parkir ketika sampai disana. Untung saja mobil Khim kecil, jadi bisa nyelip-nyelip di dekat cekungan pohon.

dimsum part 1 (part 2 tidak sempat kefoto)

Setelah puas dimsum, kami ke Penang Bird Park. Disini saya kembali menyamar sebagai warganegara Malaysia supaya bayar pakai harga lokal :p. Bedanya, di penang bird park, Khim tidak perlu menyebutkan no KTP siapapun. Petugasnya sedikit ragu (soalnya kulit saya sudah gosong saat itu), tapi kami berhasil.

tiket Penang Bird Park - harga warga lokal RM15/orang

Saat di Penang Bird Park, matahari sedang bersinar dengan semangatnya. Saya merasa dimsum yang barusan kami makan ikutan meleleh keluar bersama keringat. Jadi lapar lagi. Rupanya, hal ini juga dirasakan Khim & Julie, karena keluar dari taman burung ini, kami langsung menuju ke tempat makan siang untuk makan anak ayam goreng (seukuran burung darah), babi hutan dimasak seperti kare, clamp segar (beneran baru ditangkap nelayan), salad ala Thailand, minumnya liang teh dingin (tadinya mau nyoba tuak kelapa, tapi Khim takut saya mabok). Dessertnya adalah es krim goreng. Makan siang ini ada di dekat daerah industri (kalau hari kerja, banyak karyawan yang makan di sana), di daerah Bagan Lallang. Jika bukan orang lokal yang nganter, saya pasti tidak akan pernah sampai di tempat ini. Karena tempatnya di tengah perumahan, yang jalanannya seolah-olah buntu. Kata Khim, sopir taksi saja belum tentu tahu resto tersebut.

main course                                                dessert

Dari sini, kami pulang ke rumah orang tua Khim untuk menaruh beberapa barang, sekalian mampir ke mall Penang sambil menunggu sunset. Saya sempat beli kue bulan dengan rasa black forrest yang belum pernah saya temui di Jakarta ataupun Surabaya.

Saat sunset sudah mendekat, kami menuju pantai Teluk Kumbar yang diclaim Khim sebagai privat beach dia :p. Sekali lagi, kalau bukan orang lokal tidak akan bisa nyampe ke sini. Untuk menuju pantai ini, kami harus membelah pemukiman melayu dan melewati rawa. Sunset sudah hampir hilang saat kami sampai, gara-gara jalan yang biasa dilalui Khim sudah ditutup oleh rumah.

sunset @Pantai Teluk Kumbar

Sunsetnya sangat cantik. Gak rugi ke sana meski cuma sebentar sementara perjalanan ke sana lumayan (ditambah dengan nyasarnya).

Setelah mandi dan repacking di rumah Khim, kami menuju ke stasiun kereta api menuju Kuala Lumpur (ke Genting).

Biaya untuk 2 orang            RM
penginapan 2 malam 126    
tiket & makan 200          susah untuk mendetailkan



next: Overland Penang - KL (Genting)

Ditulis oleh: Octaviani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar