Minggu, 22 Juni 2014

Anambas, Si Cantik yang Layak Diperjuangkan (Part 3)



Day 5: Pulau Penjalin - Pulau Nongkat - Air Sena
Hari ini perjalanan kami dimulai jam 07.30. Mungkin karena 2 hari berturut-turut berenang seharian, jadinya mulai berasa capeknya. Apalagi beberapa dari kami sebenarnya sedang flu saat mulai liburan.

Hari ini kami banyak menghabiskan waktu di pulau Penjalin. Pulau dengan pasir putih yang lembut, seperti pasir di pulau Peucang, Ujung Kulon. Yang membedakan hanya batu gedenya saja.

Pulau Penjalin

Pertama kami snorkling di sisi kanan pantai. Setelah makan siang, kami baru menjelajah di sisi kiri.
Urusan makan ini pun sempat jadi tragedi, karena makanan ketinggalan di speed boat, sementara bapak kapalnya pergi meninggalkan kami (ini kebiasaan orang kapal di Anambas, jadi jangan kaget :p ).

Menjelang sore baru kami menuju pulau Nongkat. Tidak ada kegiatan snorkling ataupun free diving di sini. Kami hanya menikmati landscape yang disuguhkan. Batu gedenya bertebaran di mana-mana, dan ada beberapa landscape cantik yang tersembunyi di beberapa lekukan pantai. Banyak ikan kecil-kecil juga yang tidak akan takut matok-matok kaki kita, kalo kita berendam tanpa bergerak...itu yang terjadi...
Geli-geli gimana gitu ^^

Pulau Nongkat

Masih Pulau Nongkat

Karena semakin sore air laut semakin surut, kami tidak bisa terlalu lama di pulau ini. Jam 4 sore kami sudah cabut kembali ke Tarempa, tapi mampir dulu ke Air Sena.

Air Sena adalah penangkaran ikan di dekat Tarempa. Yang banyak ditangkarkan di sini adalah kerapu, dan hasilnya diekspor ke Hongkong. Tidak ada landscape maupun underwater untuk dinikmati. Kami hanya mengamati kerapu maha besar yang buanyak buanget di situ.

Air Sena

Jamuan makan malam yang istimewa - lobsternya yang membuat jadi istimewa




Day 6: Pulau Semut - Pulau Rango - Pulau Durai
Hari ini hari terakhir kami untuk island hopping dan snorkling. Rencananya mau abis-abisan main airnya, tapi yang terjadi malah sebaiknya. Di Pulau Rango, saya beserta 2 orang yang lain tidur sejak nyampe, dengan alasan arusnya kuat :p

Pulau Semut

Snorkling hanya kami lakukan di pulau Semut saja, pulau pertama untuk hari ini. Kondisi bawah lautnya cukup bagus (meski tidak sebagus di pulau Bawah dan Penjalin), dengan banyak teripang bertebaran. Kalau mau dikumpulkan, kayaknya bisa dapet beberapa puluh kilo.

Konon katanya, sunset di pulau Durai sangat indah, jadinya kami mengagendakan hal tsb, sekalian kami mau lihat penyu bertelur. Hanya saja, kondisi langit sangat berawan, kami tidak bisa melihat bulatan kuning teur itu terbenam.

Sunset at Durai

Sebagai pulau terluar di kepulauan Anambas ini, hampir setiap hari belasan sampai puluhan penyu mampir ke pulau ini untuk bertelur. Sekitar jam 20.00, kami diajak keliling pulau karena sudah ada beberapa penyu yang menepi. Sekitar 1 jam lebih, kami sudah mendapati 5 penyu yang menepi (ada seekor yang tidak jadi bertelur). Dan saat jalan balik ke pondokan, kami berpapasan dengan penyu yang mau balik ke laut..luuucuuu...

Penyu yang akan kembali ke laut

 Menurut bapak kapal kami, kalau arah anginnya pas menuju pulau, bisa sampai 30an penyu yang menepi...WOW!!!
Sayangnya penangkaran penyu di sini belum dilakukan sepenuh hati. Menurut info yang kami terima, dari 10 sarang telur penyu, ada 1 sarang yang telurnya dijual untuk konsumsi. Tapi kalau melihat penangkarannya, sepertinya lebih dari 1 sarang sih yang dikonsumsi. Seandainya sudah ditertibkan oleh WWF seperti pulau Sangalaki di kepulauan Derawan >.<

Identifikasi telur penyu

Biasanya pengunjung pulau Durai ini menginap karena kondisi pantai yang berbatu karang dan surut kalo malam begitu, tetapi tidak dengan kami. Akibatnya, kami nyusahin Bapak penjaga pulau, yang meski dengan rela, nganterin kami satu per satu naik sampannya yang bocor untuk mencapai speed boat (sejak menurunkan kami di pantainya, speed boat kami langsung bergerak agak ke tengah dan buang jangkar di sana, karena takut speed boatnya nyangkut kalo tetap di pantai).
Satu hal lagi yang kami salut dari si Bapak, beliau tidak mau dikasih uang...temen saya sampai sedikit memaksa waktu ngasihnya.

Beberapa foto bawah air dari berbagai macam pulau yang kami kunjungi (edited by Harry Mudjiarto)















Day 7: Enjoy Tarempa
Kami memulai hari dengan bermalas-malasan. Baru hari ini berasa liburannya (bangun siang dan tidak melakukan apapun). Kami menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil menikmati indomie telor (gak di mana, makannya tetep aja beginian :p ). Menjelang makan siang, baru kami beranjang ke sisi kiri hotel, mengarah ke klenteng sambil menuju Pondok Nelayan lagi, tapi kali ini untuk makan siang.

Menu makan siang

Pilihan menu

Dari sejak kami tiba di Tarempa sampai hari ini, sebenarnya kami cukup prihatin dengan kondisi pantai di kepulauan Anambas ini. Semua pantai cantik yang kami datangi selalu saja banyak sampah bertebaran. Menurut bapak kapal kami, tidak ada yang tidak boleh dilakukan di daerah ini (dalam hal perusakan lingkungan yah)...membuang sampah di pantai dan di laut, menangkap ikan dengan potas, memperjualbelikan telur penyu, sampai melenyapkan pantai.
Yups benar...karena pembangunan jalan di Tarempa, pantainya jadi ilang :(

Tarempa from the top

Batu 3 tumpuk - landmark Tarempa (selain air terjun Temburun)

Waktu pertama kali tiba di sini dan kami lihat di depan hotel ada terumbu karang, langsung timbul ide bahwa hari terkahir nanti (yaitu hari ini), kami akan nyebur saja di sini. Selain gak perlu sewa speed boat, terumbu karangnya bagus. Tapi waktu lihat sekeliling sudah banyak rumah panggung yang langsung buang limbah rumah tangganya ke laut, urunglah niat itu. Jijiknya kebangetan soalnya.
Sebagai gantinya, kami menikmati sunset dari atas bukit, dekat lapangan futsal.

Pemandangan lain dari atas bukit

Sunset at Tarempa - dari atas bukit

Malam itu kami tidur dengan pulas dan puas. Rasanya kecantikan Anambas yang kami nikmati sepadan dengan segala kegalauan dan perjuangan yang harus kami hadapi. Meski ada keprihatinan dan kekhawatiran, apakah kecantikan ini akan bertahan lama???
Yah...semoga saja penduduknya semakin peduli lingkungan, pemerintah juga ikut memastikan kecantikan ini tetap terjaga...








Day 8: Tarempa - Tanjung Pinang
Sudah belajar dari pengalaman saat berangkat, kali ini kami lebih siap dalam menghadapi perjalanan kembali ke Tanjung Pinang.

Tiket untuk pulang, sebaiknya dibeli secepat mungkin setelah kita nyampe di Tarempa. Kalau tidak, jangan harap kebagian tiket. Itupun kita tidak akan langsung dikasih tiket, tetapi hanya kwitansi. Sehari sebelum jadwal keberangkatan, kita harus antri lagi untuk menukarkan kwitansi tsb dengan tiket yang sesungguhnya.
Kebetulan sekali feri untuk pulang ini sama dengan yang kami gunakan untuk berangkat (teman kami yang nyusul itu ternyata pakai feri yang lain).

Perjalanan pulang ini memakan waktu lebih lama dari berangkat. Dan kali ini bukan lagi film Melayu hitam putih yang disuguhkan, tapi berbagai macam lagu dan film Thailand yang ditonton sepotong-sepotong (lebih banyak tidurnya, dari pada nontonnya).

Sesampainya di Tanjung Pinang, kami memilih untuk menginap di hotel yang lebih dekat dengan pelabuhan, meski ternyata harganya 2x lipat dibanding yang sebelumnya. Sebanding sih dengan kondisinya.

Hotel yang kami pilih

Malam itu, selain membeli oleh-oleh di toko sebrang hotel, sekali lagi kami mengunjungi Akau (dan kali ini tidak sekalap kunjungan pertama ^^).






Day 9: Tanjung Pinang - Jakarta
Kami menggunakan penerbangan pertama untuk menuju Jakarta. Jam 6 pagi kami sudah check out, dan memaksa sarapan (padahal sarapan hotel harusnya dimulai jam 07.00). Untungnya ada teh dan kopi yang sudah tersedia, bahkan nasi goreng pun baru matang.

Kami sudah memesan mobil untuk mengantarkan kami ke bandara. Serasa kembali ke tahun 80an saat melihat mobilnya :p


Bandara Tanjung Pinang - bangunan baru (meski landasan pesawatnya masih pakai yang lama

Daaan liburan lama yang menggetarkan jiwa ini (lebay mode is on) resmi berakhir...
Sayonara Batam...
Sayonara Tanjung Pinang...
Sayonara Anambas...
Entah kapan bisa kembali lagi..yang pasti kami berharap kecantikan itu tidak memudar ^^





previous part 2

Selasa, 10 Juni 2014

Anambas, Si Cantik yang Layak Diperjuangkan (Part 2)



Day 3: Selat Rangsang - Temawan - Air Terjun Temburun
Dari hasil diskusi dan tawar-menawar harga dengan pemilik speed boat, kami berhasil menyusun itinerary selama di Anambas untuk hari 1, 3, & 4, kecuali bagian Pulau Bawah, karena kapal yang digunakan berbeda. Sepanjang 4 hari kedepan, temanya adalah nyebur \^.^/

Tidak perlu khawatir tentang sewa-menyewa speed boat atau pompong untuk memberikan referensi pemilik kapal. Hampir semua orang punya pompong karena merupakan alat transport pokok di kepulauan Anambas ini. Untuk harga sewa speedboat, biasanya 2-3x lipat lebih mahal daripada harga sewa pompong, tetapi sangat sepadang dengan penghematan waktu yang bisa didapat untuk island hopping.


Speed boat untuk 3 hari - kapasitas 7 orang max - menuju Selat Rangsang

Kami sudah janjian dengan bapak kapal untuk ketemu jam 7 di pelabuhan (sebenarnya kalau menggunakan speed boat, island hopping bisa dimulai jam 8).

Selat Rangsang yang menjadi tujuan pertama adalah perairan tenang, yang ditempuh selama kurang lebih 1 jam dari Tarempa. Karena perairannya begitu tenang, di sini banyak sekali ubur-ubur.
Kami berhenti di salah satu pulau yang dijaga oleh seorang bapak. Di sepanjang pantai, banyak ditemukan ubur-ubur yang mati karena terdampar di pantai. Ubur-ubur di sini berbisa, temans...tidak seperti di Kakaban, jadi hati-hati melangkah.

Selat Rangsang

Sisi lain Selat Rangsang

Kami sempat berenang ke pantai sebrang, dan melewati area terumbu karang. selain banyak bulu babi, terumbu karang dan ikan di tempat ini kurang bervariasi.
Kami hanya banyak mengambil foto landscape dan tentu saja narsis...

Batu Tujuan Penyebrangan

Karena sudah kepingin banget nyebur, kami minta ke bapak kapal untuk mengantarkan kami ke spot underwater yang bagus, yang searah dengan air terjun Temburun. Jadilah kami diantar ke pulau Temawan.

Pulau Temawawan

Terumbu karang di pulau ini sedikit lebih bagus daripada di Selat Rangsang.
Sebetulnya ada spot yang bagus, tapi agak ke tengah. Dan karena memang belum terbiasa digunakan sebagai kapal wisata, semua speed boat tidak menyediakan tangga agar kita bisa naik turun kapal untuk snorkling di tengah laut.

Hanya sebentar kami snorkling di sini, dan perjalanan hari ini dilanjutkan menuju Temburun.
Air terjun yang terletak di sisi lain pulau Tarempa ini sebetulnya bisa ditempuh melalui jalan darat. Tetapi jalanannya rusak, dan sesampainya di sana, kita akan berada di sisi atas air terjun.

Desa di sisi lain Tarempa - untuk menuju Temburun via laut

Air Terjun Temburun

Pemandangan dari air terjun

Kami menghabiskan banyak waktu di Temburun. Ada yg mandi 2 sesi, sambil nyoba pijetan pake air terjunnya. Ada yg tiduran. Ngemil mangga gratisan, dan tentu saja foto-foto narsis.

Menjelang sunset, kami kembali ke hotel, bebersih dan bersiap untuk makan malam. Sore itu juga ada teman kami yang baru nyampe Tarempa. Dia terpaksa datang belakangan akibat kurang cocoknya jadwal penerbangan dengan jadwal feri (akibat jadwal feri yang galau).

Untuk makan malam kali ini atas rekomendasi bapak kapal, kami mencoba resto lain yang terletak di daerah Tanjung (yang ternyata ada di ujung lain), yaitu Pondok Nelayan. Perjuangan banget, pake nyasar dan jalan kaki lumayan jauh (meski lama-lama kebiasaan juga sih). Sop ikannya juara ^^







Day 4: Pulau Bawah - Pulau Lingai - Pulau Nawan

Salah satu pulau dari 3 gugusan Pulau Bawah

Karena untuk menuju gugusan pulau Bawah memerlukan waktu sekitar 2 jam (pakai speed boat), dan sempat melewati laut lepas, maka kami diminta untuk mulai jalan jam 6.
Untuk itu, kami sudah pesan makanan bungkus untuk makan siang ke resto tenda yang ada di depan hotel, seperti hari sebelumnya (sebenarnya tempat makan ini mulai buka jam 6, karena special request kami sehingga mereka mulai masak lebih awal).

Speed boat yang kami gunakan hari ini berbeda dengan yang kemarin, maupun 2 hari berikutnya.

Sebenarnya perjalanan menuju Pulau Bawah ini tidak semenakutkan yang dibilang. Dan sebenarnya lagi, masih jarang penduduk asli yang pernah ke Pulau Bawah. Bapak kapal kami juga pakai GPS untuk menuju Pulau Bawah.

Pulau Bawah merupakan daerah penghasil siput gong-gong terbesar di Anambas. Saat kami ke sana, sudah ada BTS (yang baru selesai dipasang 1 minggu sebelumnya), dan sedang berlangsung pembangunan sebuah resort.
Menurut saya, bagian yang menakjubkan adalah selat di antara 2 pulau sebelum memasuki lingkaran 3 pulau di Pulau Bawah. Itu adalah selat tercantik yang pernah saya lihat. Dan karena begitu takjub, saya tidak sempat jepret-jepret. Di sepanjang selat itu juga banyak terumbu karang, sayangnya kami tidak berhenti di sini karena tidak ada tempat untuk kapal sandar, dan tidak memungkinkan memasang jangkar karena banyak terumbu karang.

Hanya sebagian kecil keindahan terumbu karang yang ada - edited by Harry Mudjiarto

edited by Harry Mudjiarto

Meski demikian, kami puas snorkling di perairan 3 pulau tsb. Kondisi landscape bawah airnya cenderung datar, dan terumbu karangnya bisa dipakai sebagai penunjuk jalan untuk menyebrang ke pulau-pulau yang lain di gugusan tsb.

Kami makan siang di pantai salah satu pulau. Sejak kemarin kami berasa menjadi pemilik pulau (karena kebanyakan pulau yang dikunjungi adalah pulau tidak berpenghuni), yang makan siang privat di tepi pantai. Setelah makan, sambil menuju Tarempa, kami mampir di 2 pulau untuk nyebur lagi.

Next stop pulau Lingai, kemudian menyebrang ke Pulau Nawan.
Underwaternya tidak kalah dengan yang ada di pulau Bawah. Bahkan menurut kami, underwater di pulau Nawan adalah juaranya sejauh ini. Untuk pantainya sendiri sih standar, seperti kebanyakan pantai di pulau-pulau sebelumnya (pasir putih dan berbatu gede seperti di Belitung).




Pulau bawah memang seindah rumor yang beredar. Bahkan lebih indah, menurut saya.





previous: part 1
next : part 3

Senin, 02 Juni 2014

Anambas, Si Cantik yang Layak Diperjuangkan (Part 1)

Pulau Bawah, Anambas

Dalam suatu obrolan paska jalan-jalan, seorang teman nyeplos soal Anambas sebagai tujuan berikutnya.  Kami semua setuju aja, meski masih di awang-awang. Maklum semuanya adalah pecandu jalan-jalan.
Menurut teman, kepulauan ini dinobatkan sebagai kepuluan tropis tercantik seAsia Tenggara versi NatGeo (entah tahun berapa), mengalahkan Phuket dan Halong Bay. Saya pribadi tidak khusus mencari kebenaran info ini.
Tidak berapa lama, ada teman BPI yang posting air terjun Temburun yang ada di pulau Tarempa, Anambas. Dan penasaran itu tak tertahankan. 
Setelah deal dengan durasinya (24-30 Mei 2014), akhir November 2013 kami memutuskan untuk mulai beli tiket Jakarta - Batam dan Singapura - Jakarta, karena niatnya setelah dari Anambas, kami akan menyebrang ke Singapura. 
Dan pembagian tugas itupun dimulai...namanya juga share cost...tanggung jawabnya dibagi-bagi juga lah ya...

Renacananya:
- akhir November beli tiket pesawat keluar dan menuju Jakarta
- akhir Maret akan booking tiket pesawat Batam - Anambas pp (karena dari info yang kami dapat, tiket tsb bisa dibooking sebulan sebelum berangkat)
- akhir April transfer ke PIC keuangan untuk pengeluaran selama perjalanan

Tapi...kenyataan berbicara lain...
Sky Aviation yang semula menjadi maskapai yang menjual tiket pesawat Batam-Anambas, dinyatakan bangkrut. Maskapai pengganti menunggu ijin dari DisHub pusat yang tak kunjung terbit (yang menurut info Manager Operasionalnya butuh waktu sebulan untuk bisa keluar...OMG birokrasi..birokrasi x_x).
Akibatnya sejak awal tahun 2014, kami senewen mikiri bagaimana supaya bisa nyampe ke Anambas dengan lead time yang sudah kami susun. Maklum aja, semuanya adalah karyawan dengan hak cuti terbatas (kecuali 1 orang yang berwiraswasta).

Okelah....
Maju terus, pantang mundur, meski senewen maksimal, demi membuktikan kebenaran penobatan NatGeo.

Dan, rute final setelah penyesuaian ini dan itu menjadi:
Jakarta - Batam - Tanjung Pinang - Anambas - Tanjung Pinang - Jakarta.
Kami memutuskan untuk mengorbankan tiket Singapura - Jakarta, demi menyesuaikan jadwal feri, dan juga mempertimbangkan kerugian minimal.


Day 1: Jakarta - Batam - Tanjung Pinang

Landmark Batam - Jembatan Barelang

Menggunakan pesawat Citlink, penerbangan paling pagi (06.30), kami siap menuju Batam.

BATAM
Rute selama di Batam:
pelabuhan Punggur (untuk membeli tiket feri ke Tanjung Pinang) - makan siang - Jembatan Barelang - Galang - Punggur 

Kami memutuskan untuk menyewa mobil untuk keliling Batam karena pertimbangan ekonimis.
Hanya saja, hari itu Galang tidak dapat dikunjungi karena ada perbaikan jalan yang merupakan bagian dari persiapan kedatangan para pejabat dari Jakarta -.-"
Karena ada kabar perubahan jadwal feri menuju Tarempa, kami memutuskan untuk mempercepat menyebrang ke Tanjung Pinang supaya keburu membereskan masalah pertiketan yang selalu bikin senewen ini.
Tiket feri Tanjung Pinang - Tarempa bisa dibooking dari luar kota. Nanti pihak agen akan mencocokkan bukti transfer dan no hp yang terdata di mereka..

Feri Batam - Tanjung Pinang

TANJUNG PINANG
Rute selama di Tanjung Pinang:
Pelabuhan Sri Bintan Pura - agen feri ke Tarempa - hotel - Akau - hotel

Penyebrangan menuju Tanjung Pinang membutuhkan waktu sekitar 50 menit, dan kami langsung jalan menuju Hotel Mutiara. Agen tiket feri yang kami tuju persis berada di samping Hotel Mutiara. 
Hotel Mutiara sebetulnya tidak jauh dari pelabuhan. Hanya saja jika tidak ingin jalan kaki, bisa naik ojek yang entah berapa harganya (gak ada yang berani nanya, takut dikira niat naik ojek).

Setelah tiket menuju Tarempa sudah di tangan, kami check in ke Hotel Mutiara untuk naruh barang bawaan dan bersiap makan malam.
Kami makan malam di semacam lapangan yang menjadi food court kalau malam, yang terkenal dengan Akau (potong lembu), yang juga ditempuh dengan jalan kaki sekitar 15-20 menit dari hotel Mutiara.
Berbagai macam makanan, minuman, dan jajanan ada di sini. Akau buka mulai jam 18.00 sampai tengah malam sepertinya.

Akau - Potong Lembu

Makam malamnya - marukh khan mode

Tiket sudah dapet, hotel sudah dapet, makan malam juga sudah.
Akhirnya...tinggal semalam lagi untuk menuju Anambas.



Day 2: Tanjung Pinang - Tarempa

Hari yang ditunggu pun tiba. Dengan semangat, kami kembali menuju pelabuhan Sri Bintan Pura.
Untuk menuju Anambas, ada 3 cara:
1. Menggunakan pesawat Batam-Matak (Sky Aviation tapi sudah bangkrut - entah apa penggantinya), tiket Rp. 1 juta flat
2. Nebeng pesawat Conoco Philips dari Batam ke Matak juga (untung-untungan kalo ada seat), tiketnya bisa gratis
3. Menggunakan feri seperti kami, dengan jadwal reguler: 
- Tanjung Pinang - Tarempa: Senin, Rabu, Jumat 
- Tarempa - Tanjung Pinang: Selasa, Kamis, Sabtu
4. Menggunakan kapal pelni Bukit Raya (Tanjung Pinang - Tarempa), jadwalnya 2 minggu sekali

Karena ada perubahan jadwal mendadak (akibat intervensi seorang pejabat), jadinya kami berangkat hari Minggu, karena diinformasikan Senin belum tentu ada kapal. Beneran galau nih yang nentuin jadwal.

Perjalanan menuju Tarempa ditempuh dalam waktu 8-9 jam. Kapal akan singgah dulu di pulau Letung, Kecamatan Jemaja. Kalau punya waktu lebih, bisa singgah di sini semalem untuk menikmati Pantai Padang Melang yang dikenal sebagai pantai cantik yang panjang & banyak harta karunnya.
Sebagai bekal, kami sudah beli berbagai makan kue semalam, ditambah di pelabuhan kami beli nasi bungkus untuk makan siang.

Feri menuju Tarempa

Sesampai di Tarempa, langsung jalan kaki menuju hotel Tarempa Beach yang sudah kami booking sebelumnya.

Menuju hotel

Untuk booking, bisa dilakukan melalui telepon, nanti akan diinformasikan no rekening untuk transfer DP. Tentu saja jangan lupa konfirmasi ke pihak hotel setelah transfer. Saat check in tinggal menunjukkan bukti transfernya.

Suasana sekitar hotel

Kondisi kamar standard AC

Tarempa merupakan pulau kabupaten yang kecil. Tapi saat ini rata-rata penduduknya menggunakan motor untuk transportasi. Kami memilih jalan kaki lagi menuju hotel.

Beres check in, kami mulai berjalan-jalan sekeiling hotel dan membereskan urusan sewa-menyewa speed boat untuk island hopping 4 hari ke depan.

Karena pulau ini kecil dan penduduknya juga tidak terlalu banyak, serta masih jarangnya wisatwan yang berkunjung kemari, jadinya mereka sedikit takjub melihat orang luar yang datang ke sana hanya untuk berlibur, apalagi saat itu transport menuju ke Anambas hanya ada feri dan kapal pelni.
Mungkin dalam pikiran mereka, "emang segitu bagusnya apa, sampe dibela-belain kemari?".

Kesan kami pertama kali terhadap penduduk Tarempa adalah: kurang ramah. Tapi rupanya kesan ini salah. Lebih tepatnya, mereka malu dan minder terhadap orang luar, terutama yang berasal dari kota besar. Oalah...oalah...

Malamitu, kami hanya menghabiskan waktu dengan makan malam + nongkrong di kafe La Luna, yang terletak di samping hotel, dan tidak sabar untuk nyebur besok.


tempat nongkrong tiap malam


next: part 2