Jumat, 22 Juni 2012

Perjalanan pindah negara Siam Reap - HCMC - Jakarta


tiket night bus - US20/orang

Sehari sebelum berangkat, teman saya mereferensikan sebuah blog untuk membantu trip kami (thx to Lala). Di dalam blog disebutkan agen bus Virak Buntham sebagai agen bus incerannya. Jadilah kami memutuskan mengikuti blog tsb (tidak pesan di Sinh Travel lagi).


Sekitar jam 18.30 sebuah mobil elf ber-AC menjemput kami di penginapa. Di dalamnya sudah ada 2 cewe bule. ternyata kami lama dijemput (sampai saya berkali-kali makan untuk menghabiskan waktu *alasan sih*), karena ternyata dia harus menjemput penumpang yang lain juga.
Kami bertanya-tanya dia akan membawa kami di daerah mana. Ppada saat kami ke old market pada malam kedatangan kami, sempat lewat ruko yang bertuliskan agen bus tsb, cuma kami gak yakin. Tapi ternyata beneran itu tempatnya.

Saat sampai di sana, kami kira harus check in lagi di dalam, ternyata tidak perlu, dan kami disuruh untuk langsung naik ke bus yang sudah stand by di depan kantor mereka. Dan lewat dari jam 19.00 bus baru berangkat.
Disinilah kekecewaan itu dimulai.

1. Kondisi bus tidak terlalu bagus. Busnya sudah tua, banyak bangku yang rusak (dalam arti, sandarannya tidak bisa dimundurin (kursi cewe bule depan saya tuh tegak banget), atau malah "ngejeglak" sendiri ke belakang seperti kursi Desy dan cewe bule di depannya).
Kursi penumpang ada di lantai 2, sementara lantai 1-nya merupakan tempat sopir beserta barang-barang mereka.

2. Jangankan tissue basah, air mineral aja tidak dikasih. Kami yang berpikir akan naik bus dengan kondisi paling tidak sama dengan bus dari Sinh travel, tidak membawa persediaan air mineral yang cukup untuk perjalanan panjang seperti itu.

3. Tidak ada pendamping yang bisa bahasa Inggris, at least sampai saat kami harus pindah bus (yang merupakan puncak kekesalan saya).

4. Menaikturunkan penumpang di tengah jalan mirip dengan agen travel sebelumnya, tetapi yang ini keterlaluan sekali. Ada seorang ibu penduduk lokal yang pada saat naik bersama dengan 1 rombongan keluarga (pada saat di pemberhentian pertama saya melihat mereka makan bersama semeja). Tapi saat di pemberhentian pertama itu, saya dicegat oleh ibu tsb dan dia ngomong pake bahasa dewa-nya dengan nada memelas dan muka memelas. Saya yang turun untuk ke toilet tidak membawa apapun dan tidak mengerti sama sekali apa yang dia bicarakan, jadi saya hanya tersenyum.
Tidak berapa lama, si ibu naik ke bus dan mulai ngomong gak jelas lagi (dengan muka dan nada memelas) ke cowo bule yang duduk paling depan (yang saat itu lagi ngobrol dengan bule-bule lainnya).
Kecurigaan saya pun terbukti. Ini ibu minta sedekah..entah apalah alasannya.
Bisa dibayangkan? Untuk bus yang harus kami bayar USD20/orang bisa mengangkut peminta-minta atau katakanlah si ibu bukan pengemis, tetapi bayar berapa sebenarnya dia untuk ongkos bus tsb?!?!?!
Bule-bule depan saya merasa mereka kena tipu, begitupun kami berdua.


5. Sekitar jam 01.30, tida-tiba bus berhenti di depan sebuah club yang sudah tutup. Semua penumpang yang ke Pnom Penh diminta turun untuk ganti bus, tapi tidak ada penjelasan apapun lagi, tiba-tiba AC dimatiin, lampu di dalam bus dimatiin, akhirnya mesin mobil dimatiin. 
Ada 1 cowo bule yang naik bareng kami sejak dari Siam Reap dengan tujuan HCMC juga, turun untuk foto-foto di luar, tiba-tiba naik dan membereskan barang bawaannya dengan terburu-buru, lalu dia melihat ke arah saya dengan agak bingung. Tapi karena dia terburu-buru begitu, saya jadi langsung berpikir bahwa kami  juga harus ikutan turun. Saya membangunkan Desy yang sedang pulas, dan segera kami turun.
Di bawah ada petugas dari travelnya yang sedang mengangkat barang. Saya hanya menyebutkan "Ho Chi Minh", dan dia langsung menunjuk ke 1 bus yang sudah stand by di seberang jalan.
Gilaaaaaa....di tengah malam pindah bus gak pake ngomong
Bener-bener bikin marah, tapi gak mungkin ngomelin mereka >.<






Bus yang baru ini kondisinya jauh lebih bagus daripada bus pertama yang kami naiki tadi. Isinya juga wisatawan semua, dan yang terpenting pendampingnya bisa berbahasa Inggris. Dan lagi, sopir bus yang ini nyetirnya ngebut. Lalu setelah saya perhatikan, rute yang ditempuh berbeda dengan rute keberangkatan kami ke Siam reap. Kami tidak lagi menyebrangi sungai, tidak melewati deretan sawah, tetapi malah masuk jalan tol terus. Saya gak tahu harus lebih jengkel dengan Sinh Travel karena memilih jalur yang lebih jauh, atau dengan Virak Buntham ini. Karena menurut saya, akar masalah yang paling menjengkelkan dari kedua travel ini adalah tidak adanya penjelasan.




12 Juni 2012
Sekitar jam 06.00 bus berhenti lagi di Mony's Restaurant, dan diumumkan bahwa bus akan berhenti di sini selama 30 menit, sehingga mereka yang mau ke toilet atau menyegarkan diri, maupun sarapan sangat dipersilahkan. Di tempat ini kesempatan saya untuk membeli air mineral (1USD utk 2 botol, atau 1 Riel utk 1 botol). Kondisi restaurant yang kotor (banyak ayam dan anjing berkeliaran), membuat saya tidak nafsu membeli makanan apapun. Air mineral terpaksa dibeli supaya tidak dehidrasi.


bagian depan Moni's Restaurant




Sekali lagi, tidak ontime itu terjadi lagi. Dibilangnya berhenti 30 menit, ternyata 1 jam lebih kami berhenti disini. Jam 07.00 bus jalan lagi.


Saat berhenti tadi pagi dan melihat tulisan Mony's Restaurant, saya berasa de javu. Seolah-oleh pernah melihat resto ini sebelumnya.
Dan ternyata, memang saya sudah pernah melihat sebelumnya, yaitu pada saat keberangkatan menuju Siam reap. Resto ini ada di perbatasan Kamboja, dekat dengan area hotel dan kasino yang bertebaran di daerah perbatasan tsb.
Ini berarti paling tidak 3 jam lagi kami akan sampai di HCMC. Wooahhh lega rasanya...


Jam 10 teng bus sampai di daerah Pham Ngu Lao, berhenti pas di pinggir taman di seberang hotel Liberty. Kami sudah berencana untuk nongkrong di sekitaran ben tanh market sambil menunggu flight kami ke Jakarta (jam 20.20), setelah membei makan.
Kami memutuskan untuk mencoba Pho yang ada di dalam gang tempat Saigon Youth Hostel, yang belum sempat kami coba juga meski sempat ngintip dan sepertinya enak. pho di sini harganya 1/2nya pho yang ada di ben tanh maupun di Pho 24, tapi rasanya tidak kalah enak. Seger beneeeerrr...


pho small - 20.000VND (big = 24.000 VND)




Setelah kenyang, akhirnya kami masuk ke highland cofee yang cukup populer di HCMC, sambil memanfaatkan free wifi mereka. Desy memesan kopi lebih dulu, karena saya berencana mengunjungi ben tanh market lagi (bakalan bosen kalo di dalam sini berjam-jam). Jadi setelah beberapa saat duduk ngadem di dalam, saya jalan ke arah ben tanh market, melihat-lihat lebih detail barang-barang yang dijual, sambil mencoba beberapa cemilan dan minuman yang belum sempat dicicipi kemarin-kemarin.


vietnamesse traditional cofee - 29.000VND/gelas

cool coconut - 15000 VND
(harganya beda-beda, tergantung siapa yang beli X_X)



Kembali dari ben tanh market, kami nunggu sebentar untuk kemudian jalan ke terminal bus yang berada di seberangnya, untuk naik bus 152 menuju bandara, mampir beli bekal dulu untuk pengganti makan malam. 


roti isi - 15.000 VND
rotinya saja - 5.000VND




Kami sempat salah arah naik bus ini. Kami justru naik ke arah yang menjauhi bandara gara-gara arahan petuas terminal yang gak bisa Inggris >.<. Awalnya kami mengira bus akan putar balik, ternyata kami malah sampai ujung terjauh dari rute bus tsb. Untuk saja ongkos bus memang sudah kami siapkan 2x lipat dari ongkos yang seharusnya.


tips:
untuk menuju bandara naik bus 152 yang ke arah "menjauhi Pham Ngu Lao".
saat naik bus langsung bayar 4000VND ke sopirnya, nanti kita akan dikasih karcis, baru kita cari tempat duduk.


tiket bus 152 (ben tanh - bandara) - 4.000VND




Dan dari perjalanan ini, saya berpendapat Indonesia jauuuuuuuh lebih indah, tetapi objek wisata di negara lain lebih terawat.
Di Angkor Wat, saya tidak pernah kesulitan untuk mencari tempat sampah, sehingga kalau diperhatikan, kawasan Angkor Wat cukup bersih sebagai tempat wisata yang cukup banyak pengunjung. Demikian juga selama di HCMC maupun Vung Tau.

Kalau promosi wisata dilakukan lebih berbobot dan lebih banyak, pengelolaan tempat wisata dibuat se-profesional Angkor Wat, dan fasilitas diperbaiki, saya percaya bahkan kota tua di Jakarta pun akan menjadi objek wisata mutlak seperti independence palace dsk di HCMC; Dieng di Wonosobo mungkin akan menjadi sepopuler Da Lat; Kepulauan Seribu, pantai selatan di Gunung Kidul akan diserbu seperti Phuket; kawasan candi di Yogyakarta akan diminati seperti Angkor Wat (bukan seperti sekarang, dikunjungi karena harga murah, tetapi setelah masuk bakal kecewa karena banyak yang rusak dan tidak terawat).
Itu saja hanya beberapa kawasan di daerah Jawa yang saya sebutkan. Masih ada objek wisata indah lainnya di pulau lain di Indonesia yang juga belum dioptimalkan, dan bahkan warga Indonesia sendiri belum tentu menyadari keberadaannya.
Sekali lagi, semoga aja bidang pariwisata Indonesia membaik.


Ditulis oleh Octaviani

Kamis, 21 Juni 2012

Menjelajah Siam Reap

sunrise berawan @Angkor Wat


Setelah menempuh perjalanan jauh (overland HCMC - Siam Reap), saya pribadi berharap Angkor Wat akan seindah bayangan saya.

Selama di Kamboja, kami penginap di Bou Savy Guest House, dengan tarif USD32 untuk 2 malam.
Penginapan ini berkonsep suasana rumah yang rindang (banyak pohon dan tanaman), bahkan ruang makannya pun ada di halaman.

Pelayanannya sangat memuaskan!!! Very recommended pokoknya...

Saat baru sampai di penginapan, bpk tuk-tuk (lupa namanya padahal sudah kenalan) langsung mempersilahkan kami menunggu formalitas check in di ruang tamu sambil menikmati juice buah (sepertinya nanas + susu..nanas dan pisang adalah buah yang populer di sini). 
Pada saat proses check in ini, kami dikasih kunci dan 1 kupon free dinner (berlaku untuk 2 orang). Kami  juga minta tolong pihak penginapan untuk booking tiket night bus ke HCMC untuk tanggal 11 Juni nanti; kami pesan tuk-tuk untuk keliling Angkor Wat mulai hunting sunrise sampe selesai sunset, dan juga tuk-tuk untuk keliling kota Siam Reap di hari terakhir (city tour 1/2 hari).
Beres check in, kami diantar ke kamar dengan fasilitas kamar mandi dalam (ada air panasnya juga), AC, TV kabel (channel luar sangat terbatas), 2 botol air mineral (air mineral ini akan dikasih per hari).

Setelah barang ditaruh di kamar, bagaikan cacing kepanasan setelah duduk di bus selama hampir 14 jam, kami langsung ngambil dompet dan ngacir ke old market (art night market + pub street).

tips:
jangan tertipu dengan penginapan yang harganya murah (USD 2,5 - 3,5/kamar/malam), karena kemungkinan besar itu adalah kamar-kamar yang biasa dipakai untuk pelayanan "short time". Karena banyak kami temui bangunan yang bagian bawahnya restoran yang ada karaoke-nya, lantai atas adalah kamar inap, dengan banyak "hiburan" di pintu masuk, yang menuliskan penginapan harga murah itu. Apalagi kalau seperti kami yang hanya pergi berdua, cewe semua, mesti extra hati-hati.

Panduan yang dikasih petugas penginapan sangat jelas untuk ke old market: jalan lurus sampe ketemu lampu merah, lalu belok kanan dan lurus saja. Cuma ternyata lumayan juga, sekitar 15 menit jalan kaki (kecepatan kami jalan). Perbandingan jarak penginapan - old market (kalo saya gak salah mengukur), seperti jarak Sarinah - Thamrin City.




Art night market dan ada beberapa night market lagi tutup jam 22.00. Untuk pub-pub yang ada di pub street  bisa sampai lewat tengah malam (seperti pub pada umumnya).
Untungnya kami keburu menjelajah tempat ini. Target barang yang mau dibeli sih gak banyak, hanya cukup souvenir yang mengingatkan kami pernah menginjak kota ini), jadinya kami sempat menjelajah berbagai macam tempat sampai toko-toko tutup.

Sekedar info, kualitas kaos di sini lebih jelek dibanding dengan HCMC. Paling tidak kalo di HCMC, kami masih dikasih pilihan kaos yang biasa atau yang katun. Di Siam Reap tidak ada pilihan begitu. Malah seringnya, dengan harga yang sama dan di kelompok barang yang sama, jenis kainnya bisa beda. harga kaos di sini sekitar. Gantungan kunci dari logam (seperti yang ada di tempat lain) dapat diperoleh seharga USD3,5 - 4 untuk 8 pcs.

10 Juni 2012
Janjian sama Mr. tuk-tuk dijemput di penginapan jam 05.00, dan ternyata si mister tepat waktu juga. Kami sudah memperhitungkan bahwa pagi ini gak bakal sempat sarapan karena belum jadwalnya, jadi semalam waktu kembali ke penginapan kami sempatkan diri mampir di mini market beli roti.
Tarif tuk-tuk keliling Angkor wat seharian ini USD14, kapasitas maksimal 6 orang (jadi kalo pergi berenam, saweran tuk-tuk akan lebih murah). Karena kami punya banyak waktu, Mr tuk-tuk menawarkan tambahan kuil tujuan, dengan menambah biaya USD8. Jadi totalnya USD23.

tuk-tuk kami, tapi Mr tuk-tuk-nya beda :p


05.00 teng kami berangkat menuju Angkor Wat.

Para pengemudi tuk-tuk maupun agen-agen travel sangat sadar akan pentingnya dana untuk kebutuhan renovasi Angkor Wat, sehingga tidak ada 1 pun yang akan masuk ke Angkor Wat tanpa melewati loket masuk.

Di sini ada 2 pilihan tarif:
- USD 20 untuk tour 1 hari
- USD 40 untuk tour 3 hari (valid selama 1 minggu)

Kami memilih USD20, karena memang gak berniat 3 hari muterin Angkor Wat (selain karena waktu tidak memungkinkan).
Selesai bayar, kami difoto dan dikasih bukti tanda masuk dengan foto terpampang di situ (untuk kemudian ditunjukkan ke petugas beberapa kuil di kawasan Angkor Wat). 

tiket masuk Angkor Wat


Saya berpikir, seandainya saja Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, candi lainnya juga diberlakukan seperti ini (karcis masuknya diperbagus atau dibikin paketan, dengan tarif masuk yang tidak terlalu murah, tapi dananya memang dipakai untuk renovasi candi), mungkin candi-candi yang kita punya tidak ada berasa "kurang terurus", apalagi sudah ada fasilitas shuttle bus Prambanan-Ratu Boko yang gratis itu.
Karcis itu juga bisa jadi souvenir buat para pengunjung, karena sayang untuk dibuang (apalagi sudah ada wajah sendiri dipampang di situ).
Ah sudahlah..ngomongin "seharusnya..." gak bakal pernah habis. Tinggal berharap aja pihak yang seharusnya mengelola tempat wisata Indonesia sadar diri.

Angkor Wat adalah nama salah satu candi, yang juga menjadi nama kawasannya.
Sebagai candi, Angkor Wat menjadi tempat tujuan perburuan sunrise. Saat kami tiba di sana, sudah banyak pengunjung yang stand by, dengan posisi masing-masing sekaligus kamera-nya.

Karena belum waktunya, kami masih sempat narsis di salah satu spot. Entah berapa jepretan tuh (pokoknya 1 hari di Angkor Wat total jepretannya sekitar 700, yang menghabiskan 2 memory card saya + baterai).

Setengah hari pertama, kami mengunjungi:
- Angkor Wat: untuk berburu sunrise
- Bayon: salah satu icon Angkor Wat dengan pahatan wajah Buddha tersenyum
- Baphuon: candi yang menurut saya paling cantik. Saat berjalan ke arah pintu, view candi terlihat seperti lukisan. Sampai kalap saya berfoto di situ.
- Elephant terrace merupakan jalanan batu yang dimulai sejak keluar dari Baphuon (bagian atas..nanti akan ada tangga menurun dan kita jalan terus sampai ujung)
- Lepper terrace: masih terusan elephant terrace, yaitu di bagian bawah (setelah turun tangga batu)
- 3 candi yang kami gak tau namanya
- Ta Phrom (tempat syuting Lara Croft-nya Angelina Jolie): candi yang paling unik dan sangat berasa spooky-nya

#1 - Angkor Wat


#2 - Bayon - salah satu stupa


#3 - Baphuon (my favorit)


#4 - elephant terrace


#5 - leppre king terrace


#6 - unknown temple


#7 - unknown temple


#8 - unknown temple


#9 - salah satu spot di Ta Phrom


Keluar dari Ta Phrom pas jam makan siang. Mr tuk-tuk membawa kami ke resto di samping danau Srahsang (lupa nulisnya gimana). Makanan di sini terhitung mahal, mungkin karena view-nya pas danau dan letaknya di tengah-tengah objek wisata. Tapi yah sudah lah..kami sudah laper + capek + haus, jadilah sikat aja tuh makanan. Untungnya rasanya enak. Total makan siang kami USD14 untuk berdua.

lunch mewah - nasgor, loklak (makanan khas), juice nanas, juice mangga


Kenyang habis makan, jadi ngantuk. Penyakit klasik!!!
Tapi jelas aja kami gak bakal tidur siang di resto, bisa diceburin ke danau ama pemilik resto. Kami lanjut ke Bantey Srei dan entah candi apa lagi, yang merupakan tujuan tambahan untuk menghabiskan waktu menunggu sunset.

Siang sampai sore ini, kami akan mengunjungi:
- Bantey Srei
- 1 candi entah apa namanya di kawasan terpisah dgn candi lain
- Bantey Kdei
- candi tempat spot sunset

Sebelum berangkat kami minta Mr tuk-tuk untuk mengantar kami membeli air mineral. Ternyataaaa...si mister menyediakan air mineral gratis buat kami. Dingin pula...wow!!!!

Membutuhkan waktu 30 menit untuk ke Bantey Srei. Kami memasang posisi bersandar tiduran (seperti orang lagi berbaring di kursi pinggir kolang renang)..terus ketiduran deh ^_^
Bantey Srei merupakan satu-satunya candi yang kami kunjungi yang pintu masuknya dibuat seolah-olah tempat wisata tersendiri..jadi ada loket sendiri (tidak gabung dengan loket masuk kawasan Angkor Wat, tetapi kartu kami berlaku disini. Jadi kami gak perlu bayar lagi), ada deretan toko-toko suvenir dan makanan, lapangan parkir. Mungkin karena letaknya yang terpisah jauh dari kawasan candi yang sebelumnya kami kunjungi.
Di Bantey Srei, kami sempat membeli kelapa muda seharga USD1/buah.

awalnya puing-puing seperti ini

tapi ternyata, di dalamnya megah juga


Dari Bantey Srei, kami pindah ke candi berikutnya yang letaknya juga terpisah dari kawasan Angkor Wat pertama tadi. Kembali 30 menit perjalanan membuat saya tidur lagi di tuktuk. Mr tuk-tuk sampe berkali-kali nengok takut kami jatuh (saya sempat ngeliat dia nengok-nengok ke belakang sebelum akhirnya pules :p).





Arloji saya sudah menunjukkan pukul 16.00 saat meninggalkan candi ini, tinggal beberapa saat lagi sebelum sunset. Tapi di tengah jalan, ban tuktuk bocor. Jadilah kami berhenti dulu buat nambal. Masih keburu sih untuk ngeliatin sunset.

Saat nungguin ban ditambal ini, saya dan Desy membahas soal cara berpakaian orang Kamboja. Saya gak habis pikir kenapa mereka rata-rata pakai kemeja lengan panjang di tengah hawa panas begini, bahkan untuk mereka yang jenis pekerjaannya bikin baju gampang kotor. Montir tempat tuktuk kami nambal ban ini, lagi reparasi motor sambil pakai kemeja lengan panjang.. kebayang gerahnya gimana tuh X_X
Kalo waktu di HCMC, kami heran ama cewe-cewe HCMC yang hangout ama temennya trs makan di pinggir jalan (analoginya: makan pecel ayam/pecel lele yg tendaan), tapi dandannya pake dress + sepatu resmi hak tinggi, udah gitu pada jalan kaki, bukannya naik mobil. Kalah lho gaya cewe-cewe Jakarta yang nongkrong di cafe.
Tapi sekali lagi, ya sudah lah....

Oke, sekitar 30 menit berlalu, tuk-tuk kami pun siap. Kami menuju Bantey Kdei sebelum ke candi terakhir tempat kami akan menikmati sunset.





Candi ini merupakan spot terbaik kedua di kawasan Angkor Wat (spot terbaik pertama di arah belakang - kalo ada peta Angkor Wat bisa saya tunjuk deh :p), untuk menikmati pemandangan sunset.
Di Siam Reap ini sepertinya matahari bersinar lebih dari 12 jam, soalnya jam 05.30 sudah sunrise, tetapi jam 18.00 matahari masih bersinar garang seperti jam 4 sore di Jakarta. Nuansa sunset jingga-ungu baru mulai muncul sekitar jam 18.30. bahkan saat jam 19.00 kami meninggalkan Angkor Wat, suasananya masih terang, dan sisa warna jingga itu masih ada di langit.
Untunglah sunsetnya indah sekali, seperti yang ditulis di blog-blog referensi kami, sehingga sedikit kekecewaan akibat sunrise yang mendung pun terobati.

tips:
Di kawasan Angkor Wat maupun di old market banyak penduduk lokal yang mencoba menawarkan dagangannya, dan mereka bukan orang yang akan menerima penolakan 1x, jadi kita harus berkali-kali bilang "no, thank you". Jangan pernah bosan mengatakannya kalau memang tidak niat beli, karena akan diikuti terus jika kita memberanikan diri untuk basa-basi menawar.
Khusus di Bantey Kdei banyak berkeliaran anak-anak kecil penduduk lokal yang mencoba beramah-tamah dengan pengunjung. Sebaiknya abaikan saja mereka, entah dengan melambaikan tangan tanda menolak, atau cuek beibeh terus-terusan. Karena mereka akan tiba-tiba memposisikan diri sebagai guide dan meminta uang  kepada kita (kami korbannya...ramah-tamah kami bernilai USD2 :p)





Malam itu saya kembali ke penginapan dengan rasa capek dan puas yang amat sangat, baterai abis, 2 memory card full.
Tinggal besok pagi menikmati pemandangan kota Siam Reap (targetnya 1/2hari saja).
Dan tentu saja tidak lupa kami menukarkan kupon free dinner sebelum naik ke kamar.

dinner seharga USD3 tapi gretong


11 Juni 2012
Keesokan paginya, kami dijemput jam 08.00. Selesai memastikan bookingan tiket bus kami dan menyelesaikan sarapan kami langsung naik tuktuk keliling kota. Masih tetap Mr. tuk-tuk yang sama yang mengantarkan kami.

free breakfast


Tujuan hari ini adalah:
- royal palace
- Wat Preah
- Wat Bo
- St. John Church
- Museum
Tapi ternyata ada tambahan lagi dari Mr tuk-tuk, yang entah apa namanya. Seperti kawasan alun-alun perumahan gitu, tapi ada candinya, pintu air yang dicat gambar Buddha, bangunan bertingkat dengan nuansa emas..tapi juga banyak anak sekolah berkeliaran.

royal palace

Wat Preah

Still Wat Preah

Main Gate of Wat Preah

Sleeping Buddha inside Wat Preah




Wat Bo

Museum

St. John church


Menjelang siang kami kembali ke penginapan, dan bersiap untuk menempuh perjalanan jauh.
Renacananya pigah travel akan menjemput kami jam 18.30. So, selama itu kami menunggu di resto penginapan. Karena menunggu lumayan lama, jadinya saya makan berkali-kali, mulai makan siang sampe ngemil, sampai akhirnya makan sore (ketakutan kelaperan selama perjalanan) :p


Amok - makanan khas Kamboja - USD3 (termasuk nasi)


pineapple pancake - USD1


Spicies pork soup - USD3


loklak ala hotel - USD3





Ditulis oleh Octaviani

Overland HCMC - Siam Reap

sudah lolos dari imigrasi Kamboja


Setelah target pertama di Vietnam tercapai (menjelajah Christ Hill di Vung Tau), saatnya berjuang untuk mencapai target ke 2, yaitu menjelajah Angkor Wat.
Kami sudah memutuskan untuk overland dari HCMC ke Siam Reap. Lagi-lagi budget sebagai alasan utamanya.

9 Juni 2012
Dengan berbekal tiket yang sudah dibeli dari Sinh Tourist, jam 06.00 kami check out dari penginapan dan stand by di depan kantor travel tsb. Waktu beli sih dibilangnya suruh stand by jam 06.15, tapi karena parno dan sangat gak sabar, jadinya kepagian nyampe sana. Travelnya masih tutup, bus-nya belum datang. Alhasil ngemper di pinggir jalan.

Jam 06.15 mereka buka, dan kami langsung check in. Saat beli tiket, sebenernya sudah dikasih nomor kursi, check ini ini hanya utk reconfirm aja. Harga tiket HCMC - Siam Reap ini USD19/orang, dengan fasilitas bus AC, mineral water 2 botol, tissue basah 2x (tapi ngasihnya bertahap - pertama waktu mau berangkat dari HCMC, kedua waktu mau berangkat dari Pnom Penh).

Beres check in, kami langsung masuk bus begitu ada tamu lain yang juga mulai masuk. Nyiapin posisi buat tidur (meski ini day-trip, kayaknya bohong banget kalo saya gak bakal tidur selama perjalanan :p).

Jam 06.30 tepat bus berangkat.
Selain sopir bus + kondektur, ada juga chaperone dari pihak travel yang bisa bahasa Inggris. Saat pemeriksaan tiket, chaperone ini sekalian mintain paspor semua penumpang, tujuannya adalah mintain stempel dari imigrasi saat di border nanti.


Waktu tahu kami ber 2 dari Indonesia, dia bilang: "nanti di border, kalian berdua ikuti saya yah".
Saya hanya menjawab: oke *sambil masang penuh tekat*
Padahal habis gitu, pandang-pandangan berdua ama Desy, sambil saling nanya: "kenapa yah???"
Pertanyaan ini tidak pernah terjawab, karena saat di border, tidak ada proses khusus terhadap kami berdua. Sama aja ama tamu dari negara lain.


tips:
sebaiknya bawa bekal cemilan/extra air mineral, karena bus tidak akan berhenti di semacam "rest area" atau resto

mejeng sebelum berangkat

Untuk sampai ke perbatasan Vietnam - Kamboja, membutuhkan waktu sekitar 2,5-3 jam. Pagi itu saat berangkat, tanpa dikasih penjelasan apapun, bus berhenti sekitar 30 menit di pinggir jalan. Kalau gak inget ada di negeri orang + gak bisa bahasanya, pingin ngomel aja ke chaperone-nya.


Paspor yang sudah dikumpulkan, akan ditaruh di meja salah satu petugas imigrasi. Cepat distempel atau tidak, tergantung kemurahan petugas tsb (soalnya kadang disela ama paspor penduduk lokal).
Jika ada paspor yang sudah distempel, petugas tsb (chaperone) akan memanggil nama pemilik paspor. Yang merasa namanya dipanggil langsung maju mengambil paspornya dan melewati petugas imigrasi lain utk sekedar menengok paspor tsb, dan kembali naik bus. Jika penumpang semua sudah lengkap, bus akan berangkat.

Tidak sampai 5 menit bus jalan, lagi-lagi kami harus keluar.

Kalau sebelumnya imigrasi Vietnam, sekarang kami harus melalui imigrasi Kamboja.


sempat mejeng sambil nunggu cap 10 jari





Urusan imigrasi total (Vietnam - Kamboja) membutuhkan waktu sekitar 1/2 jam.
Antrian imigrasi di Kamboja jauh lebih tertib dibanding yang di imigrasi Vietnam. Di kantor imigrasi Vietnam, penduduk lokal asal aja maju terus naruh paspornya tanpa antri. Mungkin karena memang mereka keseringan wera-were lintas negara kali. Banyak juga bus yang melintasi perbatasan, dan semuanya juga ada 1 orang perwakilan yang bertugas mengumpulkan paspor penumpangnya untuk distempel pihak imigrasi.


Selesai urusan imigrasi, bus melanjutkan perjalanan. 


tips:
saat di border ini, sebaiknya urusan toilet diselesaikan, karena kalau di jalan nanti ke toilet bayar sekitar USD1 (kalau saya gak salah denger)


sumringah habis lolos Vietnam




Daerah perbatasan Kamboja banyak berjejer hotel & casino, yang kalau malam pasti bagus karena hiasan lampunya.


Sampai di kota tertentu (saya cari-cari label nama kota gak ketemu), bus akan melintasi sungai dengan naik kapal tongkang sekitar 5 menit. Dan setelah sampai di seberang, chaperone bus akan menawari para penumpang untuk ke toilet.

Bus hanya berhenti 1x itu sebelum transit di Pnom Penh.

Bus kami sampai di Pnom Penh jam 13.00. Dan kami harus pindah bus yang berangkat jam 13.45.
Begitu sampai, kami langsung recheck-in, menitipkan daypack yang gede dan cari makan siang. Resto samping Sinh Travel cukup memadai kalau untuk sekedar makan. Masakannya lumayan (cocoklah di lidah saya), harganya juga masih masuk budget.

tempat makan samping kantor travel - nasgor USD2/porsi


Jam 13.45 tepat bus berangkat ke Siam Reap.

Selama perjalanan ke Siam Reap, sopir banyak berhenti untuk menaikturunkan penduduk lokal. Saya merasa seolah-olah naik bus umum di Jakarta. Para bule + tourist lain yang naik sejak dari HCMC juga merasa heran. Dan terus terang, kelakuan penduduk lokal ini sangaaaattttt mengganggu. Berisiknya bukan main >.<. Lagi-lagi saya membayangkan kondisi Jakarta. Rasanya sih kelakuannya mirip, makanya ngomelnya dalam hari saja (eh dibagi ke Desy juga sih :p)

Sekitar jam 20.00 bus sampai di Sinh Tourist yang di Siam Reap.
Kami sudah dijemput tuk-tuk dari penginapan (layanan jemput ini gratis lho).

Gak sabar rasanya untuk segera narsis di Angkor Wat.




Ditulis oleh Octaviani