Pehobi travelling kini bisa lebih sering melancong ke luar negeri. Sebab, bujet jalan-jalan ke luar negeri tak lagi semahal dulu. Kini penggemar jalan-jalan bisa memanfaatkan tarif tiket pesawat murah. Atau kalau mau lebih irit lagi, mereka memangkas bujet akomodasi ala backpackers. Selain ramah di dompet, hati pun puas bisa menikmati keindahan belahan dunia lain.
Salah satu penjelajah dunia dengan biaya murah adalah Trinity, seorang penulis lepas. Sejak masih duduk di bangku SMA pada tahun 1980-an, dia sudah mulai doyan melancong ke negara orang.
Pertama-tama dia main-main ke Singapura. Dari perjalanan pertamanya itu, Trinity jadi tahu perjalanan ke luar negeri ternyata tidak semahal dan sesulit yang pernah ia bayangkan. “Sejak itu, saya ketagihan pengen jalan-jalan ke luar negeri,” ujarnya.
Saat duduk di bangku kuliah, dia mulai travelling ke tempat yang lebih jauh. Belanda, Prancis, Inggris, Cekoslovakia, dan Jerman dia datangi. Hingga kini, Trinity sudah mengunjungi 44 negara.
Trinity merasakan kepuasan melancong ke negeri orang tatkala dia melihat langsung tempat yang sebelumnya hanya dia lihat melalui televisi. Ia sampai merinding ketika melihat kemegahan Taj Mahal, terlebih saat membaca puisi cinta Kaisar Shah Jahan yang terukir di peti jenazah istrinya, Mumtaz Mahal. “Jantung saya berdetak karena setiap sudut terbuat dari marmer putih berukir cantik,” kisah Trinity.
Riset dari jauh-jauh hari
Selama mengitari Asia Tenggara, Trinity cuma keluar US$ 25 per hari untuk biaya hidupnya. Sedangkan di negara-negara Eropa, dia membutuhkan dana US$ 35-$ 40 per hari. “Untuk menyiasati anggaran yang terbatas, kita harus riset,” kata Trinity.
Anne Herliana, backpacker lain, memilih menginap di asrama agar biaya sewa lebih ringan. Dengan cara ini, Anne sudah pernah berpelesir ke Thailand, Kamboja, dan Malaysia hanya dengan bujet Rp 5 juta. memang sih, ini belum termasuk tiket pesawat. Untuk mendapat tiket pesawat murah, karyawati PT Technip Indonesia ini memesan tiket sejak jauh-jauh hari.
Dari sekian negara yang dia kunjungi, Kamboja adalah negara yang paling dikenang Anne. Di negara ini, Anne berusaha mendekatkan diri dengan warga negara setempat dengan cara unik. “Saya bisa berbincang dengan warga setempat selama berjam-jam hanya dengan bahasa tubuh,” kisah Anne sambil terbahak. Itu menunjukkan, kita bisa bertahan di negeri orang meski buta bahasa setempat.
Hal yang tak boleh terlepas dari perencanaan ketika melancong ke negeri orang ialah riset soal kebudayaan setempat. Pehobi travelling lain, Aji Surya mengatakan, kepuasan menginjakkan kaki di negeri orang ialah ketika bisa mengenal cara pandang orang di negara lain. “Kita mendapatkan pengetahuan baru yang bikin hidup lebih berwarna,” ujar pegawai pemerintahan ini.
Bagi Aji, perjalanan ke luar negeri yang paling asyik ialah ketika dia mengunjungi Rusia. Untuk mengitari bekas negara komunis itu, dia menyiapkan US$ 100 per hari. “Dengan US$ 1.500, kita bisa puas mengitari Rusia seminggu,” ujarnya.
Source: kontan onlineSalah satu penjelajah dunia dengan biaya murah adalah Trinity, seorang penulis lepas. Sejak masih duduk di bangku SMA pada tahun 1980-an, dia sudah mulai doyan melancong ke negara orang.
Pertama-tama dia main-main ke Singapura. Dari perjalanan pertamanya itu, Trinity jadi tahu perjalanan ke luar negeri ternyata tidak semahal dan sesulit yang pernah ia bayangkan. “Sejak itu, saya ketagihan pengen jalan-jalan ke luar negeri,” ujarnya.
Saat duduk di bangku kuliah, dia mulai travelling ke tempat yang lebih jauh. Belanda, Prancis, Inggris, Cekoslovakia, dan Jerman dia datangi. Hingga kini, Trinity sudah mengunjungi 44 negara.
Trinity merasakan kepuasan melancong ke negeri orang tatkala dia melihat langsung tempat yang sebelumnya hanya dia lihat melalui televisi. Ia sampai merinding ketika melihat kemegahan Taj Mahal, terlebih saat membaca puisi cinta Kaisar Shah Jahan yang terukir di peti jenazah istrinya, Mumtaz Mahal. “Jantung saya berdetak karena setiap sudut terbuat dari marmer putih berukir cantik,” kisah Trinity.
Riset dari jauh-jauh hari
Selama mengitari Asia Tenggara, Trinity cuma keluar US$ 25 per hari untuk biaya hidupnya. Sedangkan di negara-negara Eropa, dia membutuhkan dana US$ 35-$ 40 per hari. “Untuk menyiasati anggaran yang terbatas, kita harus riset,” kata Trinity.
Anne Herliana, backpacker lain, memilih menginap di asrama agar biaya sewa lebih ringan. Dengan cara ini, Anne sudah pernah berpelesir ke Thailand, Kamboja, dan Malaysia hanya dengan bujet Rp 5 juta. memang sih, ini belum termasuk tiket pesawat. Untuk mendapat tiket pesawat murah, karyawati PT Technip Indonesia ini memesan tiket sejak jauh-jauh hari.
Dari sekian negara yang dia kunjungi, Kamboja adalah negara yang paling dikenang Anne. Di negara ini, Anne berusaha mendekatkan diri dengan warga negara setempat dengan cara unik. “Saya bisa berbincang dengan warga setempat selama berjam-jam hanya dengan bahasa tubuh,” kisah Anne sambil terbahak. Itu menunjukkan, kita bisa bertahan di negeri orang meski buta bahasa setempat.
Hal yang tak boleh terlepas dari perencanaan ketika melancong ke negeri orang ialah riset soal kebudayaan setempat. Pehobi travelling lain, Aji Surya mengatakan, kepuasan menginjakkan kaki di negeri orang ialah ketika bisa mengenal cara pandang orang di negara lain. “Kita mendapatkan pengetahuan baru yang bikin hidup lebih berwarna,” ujar pegawai pemerintahan ini.
Bagi Aji, perjalanan ke luar negeri yang paling asyik ialah ketika dia mengunjungi Rusia. Untuk mengitari bekas negara komunis itu, dia menyiapkan US$ 100 per hari. “Dengan US$ 1.500, kita bisa puas mengitari Rusia seminggu,” ujarnya.
http://arsipberita.com/show/yuk-jalanjalan-murah-meriah-ke-luar-negeri-153343.html
mas'e: hai mba bule, bapak kamu jual jeruk ya?
BalasHapusmba bule: what ? Jaruk ?
mas'e: forget it *dalamhatigondok
hahah plesetan dikit mas broh :D
Mohon info mas2/mbak2...
BalasHapusAda gak kawan yang sering bepergian ke luar negeri. Boleh minta kontak person nya gak. Alnya mau jalan2 juga ne...