Rabu, 03 Juli 2013

Cinta baru di Kelimutu

 


Setiap detik kita selalu menemui kenyataan baru yang berulang: Tumbuh. Meninggalkan potongan potongan cerita masa lalu untuk bertemu dengan kejutan-kejutan berikutnya. Namun kita selalu bisa pulang. Setidaknya gw bisa selalu pulang, sejauh ini. Berlari lari ke hutan perbukitan di pinggir desa yang kini telah tak ada, atau bermain bola saat purnama.
bahagia, tersenyum berarti senang, dan wajah masam berarti kecewa. Saat itu gw emang belum begitu mengenal layar kaca, yang kelak menjadi guru terbaik untuk berpura-pura.



enjadi muda dan memiliki pilihan mungkin adalah sebuah kutukan. Kutukan yang sama dengan ketika kita memiliki pengetahuan. Terusir. Setiap kita mendapatkan pengetahuan baru, maka kita akan segera terusir dari kenyamanan lama, menuju tempat yang lebih gelisah, tempat yang memiliki lebih banyak pilihan.

Pengetahuan juga menyebabkan adam memiliki pilihan2. Dari awalnya hanya hanya tau tentang surga, maka dengan pengetahuan yang didapatnya ada muncul bumi dan neraka.

Baiklah, izinkan gw sedikit bercerita. Saat masih kecil barang mewah buat gw adalah majalah HAI dan majalah donal bebek yang selalu nyokap beliin sepulang dari kantor hari selasa dan kamis , serta sebuah sepeda. Berjam-jam waktu kecil gw akan habis untuk masuk dalam dunia bebek dan tikus yang gw baca. Mikey tikus dan si Donal bebek terlanjur membuat gw percaya bahwa cewek cantik di dunia itu Cuma dua : Dessy dan Minnie. Saat itu gw sungguh berharap punya teman bermain secantik mereka berdua. Kebahagiaan masa kecil yang sederhana.

Tumbuh menjadi muda terkadang merusak segalanya. Setidaknya gw jadi tau, bahwa ternyata perempuan paling cantik didunia itu bukan Dessy Bebek atau Minnie tikus. Sungguh, seberapapun kalian menyangkalnya gw tetap percaya bahwa Dian Satro (Hey, siapa yang gatau doi??) jauh lebih cantik daripada si Dessy kekasih Donald. Maka pengetahuan tentang Dian Sastro dan Pevita Pearce telah membuat gw terusir dari salah satu pekarangan indah masa kecil gw.

Tumbuh menjadi muda sudah gw katakan merusak segalanya. Semakin banyak Dian Satro – Dian Sastro bermunculan dalam hidup gw. Ia menjelma menjadi cantiknya merek hape, ia menjelma menjadi trendynya model backpack dan ia menjelma menjadi status pekerjaan yang terus diburu. Sungguh, Dian Satro tak pernah selesai. Pengetahuan selalu mengusir kita dari satu bentuk Dian Sastro ke bentuk Dian Sastro yang lain. Dari satu label ke label yang lain, dari satu merk ke merk yang lain.



Orang bilang, gw sedang tumbuh mencari identitas, dan gw mencarinya ke dalam Backpack, ke dalam smartphone, kedalam PS 3, kedalam sendal gunung, kedalam tiket murah, kedalam Jeans, kedalam celana kargo, kedalam kamera, kedalam hitamnya kopi dan kedalam indahnya jatuh hati.

Dan disinilah, di tempat inilah gw jatuh hati. Diantara semburat cahaya mentari pagi, diantara embun yang senantiasa menanti dan diantara kabut yang beranjak pergi. Di puncak Kelimutu ini mungkin tak seindah puncak Semeru-Mahameru, seelok puncak Rinjani-Anjani ataupun segagah puncak Merapi-Garuda.

Tapi di puncak inilah tertinggal serpihan hati. Serpihan hati dari cinta yang hancur dan serpihan hati dari cinta yang tumbuh kembali. Di puncak inilah serpihan hati itu tersusun kembali oleh 3 buah kawah yang mempesona, yang menjadi saksi bisu beberapa pasang mata yang sedang dimabuk cinta, cinta yang membuat berlipat ganda segala sudut Kelimutu yang memang sudah indah ini menjadi tempat luar biasa indah.


Kelimutu, sebuah gunung dengan tinggi 1400 Mdpl yang berada di tengah daratan Flores yang indah, seindah namanya yang berarti bunga. Untuk mencapainya kita bisa menempuh jalur darat selama 20 jam atau naik pesawat ke Ende dan lanjut lewat jalur darat menuju Moni -desa terakhir di kaki Kelimutu- selama 2 jam.

Sepanjang jalan dari Bajo - Moni kita akan melewati beberapa spot menarik yang sayang kalo dilewatkan. Yaitu Desa Cancar, Danau Ranumese Desa Ruteng Pu'u dan Desa Bena. Tapi kayaknya ketiga tempat ini akan dibahas di postingan berikutnya ya.


Setelah menempuh 20 jam perjalanan, 1x solat Jumat dan 2x makan seharga total 27rbu akhirnya kita sampe ke Desa Moni untuk nginep. Harga penginepan disini seharga 250rb/malem dan bisa diisi 6 orang jadi kita patungan masing masing 42rbu.


Keesokan subuh baru kita jalan untuk melihat sunrise di Kelimutu. Moni - Kelimutu bisa ditempuh dengan kendaraan selama 30 menit dan tiket masuknya hanya 2500/org dan 6000/mobil maka kita siap untuk melihat salah satu view sunrise terbaik di negeri ini dari ketinggian 1.400 Mdpl.



Trekking disini ga berat kok, ga seberat dosa lo. Jalur yang landai dan fakta bahwa sudah dibangunnya sarana tangga akan memudahkan kita untuk mencapai puncak. Dan setelah mencapai puncak cerita cinta itu dimulai.


Kelimutu mempunyai 3 buah kawah. Yang pertama adalah Kawah Hitam atau Tiwu Ata Bufu. Kawah ini dipercaya menjadi tempat kembalinya arwah orang tua. Kawah ini kadang berubah warna menjadi biru dan terletak di paling barat.


Yang kedua adalah Tiwu Nua Muri Ko'o Fai atau Kawah untuk orang muda dan anak anak. Kawah ini berwarna hijau atau merah dan diatas kawah inilah matahari muncul menyambit menyambut kita.



Yang ketiga adalah Tiwu Ata Polo atau Kawah untuk orang jahat. Sama dengan Tiwu Nua Muri Ko'o Fai, kawah ini juga senantiasa berwarna hijau atau merah. Di kawah ini memiliki legenda barangnya siapa bisa melempar batu sampai nyemplung kawah (batunya, bukan orangnya) maka permintaanya akan terkabul






Di puncak ini juga terdapat prasasti yang menjelaskan kenapa warna kawah bisa berubah ubah dan legenda yang menyelimuti kemistisan kawah ini. Dan sepanjang jalan kembali haram rasanya kalo kita ga foto foto disini, seharam klo dulu kita ketinggalan acara Dragon Ball jam 6 sore setiap hari sabtu.

Prasasti info

Sepanjang jalan kenangan ke puncak

Puncak
Semua dapet pasangan..kecuali..

Oia di puncak kita ga usah takut kehausan atau kedinginan karena semenjak subuh sudah ada beberapa tukang kopi yang setia menunggu barangkali ada pengunjung yang ingin memanjakan tenggorokan, perut dan badannya dengan sedikit kehangatan kopi dan pisang goreng Flores

Nah, matahari udah mulai tinggi, cuaca makin panas dan monyet makin banyak yang dateng. Itu tandanya kita harus turun. Ternyata di parkiran banyak yang jual kain tenun khas Ende. Buat kalian yang punya duit lebih silahkan dibeli. Selain buat oleh oleh kalian juga membantu perekonomian masyarakat setempat. Backpacker is about take and give, right??

Pada akhirnya gw emang merasa hanyalah bagian dari pencari identitas, yang berebut identitas dalam indahnya pemandangan dan liarnya alam negeri ini. Namun, seperti yang sering disitir Goenawan Mohammad (kenal ga lo??), bahwa Identitas itu konon ibarat sebuah bawang: Sesuatu yang tampak utuh, tapi jika dibuka yang ada hanyalah lapisan kulit demi lapisan kulit… kita buru hingga mata kita pedih dan berairpun yang ada hanya lapisan kulit.

Gw ga tau, jenis lapisan bawang macam apa yang sebenarnya mau gw susun, atau gw kupas. Gw hanya berharap suatu saat bisa berhenti, untuk jatuh hati, dengan sederhana.

NB : Ditengah terjangan berbagai kabar buruk di negeri ini, gw sangat ingin memberikan sebuah cerita tentang indahnya negeri kita, cerita yang bisa membuat kalian (minimal) iri dan tersenyum. Cerita yang bisa membuat kita berkata : aku cinta Indonesia.. :)


Trip now, Think later..
http://ramdanduchiha.blogspot.com/2013/03/cinta-baru-di-kelimutu.html#more 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar