Jumat, 20 Mei 2011

Goes to Peucang Dsk


Pulau Peucang merupakan pulau yang terdapat di selat Panaitan Kabupaten Pandeglang Banten atau sebelah timur Taman Nasional Ujung Kulon.
Pulau ini bersama Pulau Panaitan dan Pulau Handeuleum termasuk dalam wilayah kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sehingga tidak sedikit wisatawan yang berkunjung ke Taman Ujung Kulon, juga berkunjung ke pulau berpasir putih ini.
Di Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum ada tempat untuk menginap. 
Kami sudah booking kapal dan penginapan jauh-jauh hari untuk menghindari penginapan penuh, tapi apa daya karena ada kesalahan teknis, booking-an kami tidak tercatat. Tapi untung saja masih ada 4 barak yang bisa ditempai (tapi yang 1 kamar bocor..jadi dipinjami secara gratis).

Untuk menuju pulau peucang, dari Jakarta kami menyewa mini bus menuju ke desa Sumur (desa terakhir sebelum kami menyeberangi kapal menuju Peucang). Bus berangkat jam 21.30 dari Slipi Jaya (yang jadi meeting point kami), dan sampai di desa Sumur jam 05.00.
Di sini kami berbelanja bahan makanan (di Peucang tidak ada warung sama sekali), yang akan dimasak oleh ibu-ibu yang jago masaknya. Bahkan peralatan masak pun harus disewa dari Sumur.

Setelah semua siap (teman-teman juga sudah sarapan), kami siap berkapal (soalnya naiknya kapal, bukan perahu) menuju Pulau Peucang (naik sampan dulu untuk menuju kapal). Saat itu, arloji menunjukkan pukul 07.40. Perjalanan ke Pulau Peucang memakan waktu sekitar 3 jam, lumayan kalau buat dipakai tidur.

naik sampan menuju kapal

naik kapal menuju Peucang


Sampai di Pulau Peucang.
Dinamakan peucang mengambil nama dari sejenis siput yang sering ditemukan di pantainya. Penduduk setempat biasa menyebutnya "mata peucang". "Peucang" juga adalah istilah dalam Bahasa Sunda untuk menyebut kancil.

Sebagai bagian dari kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, di pulau ini dapat dijumpai berbagai satwa seperti Rusa (Cervus timorensis), Banteng Jawa (Bos javanicus javanicus), Merak Hijau (Pavo muticus), Lutung (Trachypithecus auratus auratus), Kijang, Babi Hutan (Sus verrucosus) dan Biawak (kami cuma ketemu monyet yang selalu siap sedia ngincer makanan kami, babi hutan, biawak, dan juga rusa).



Setelah melepas lelah dan lapar di barak tempat kami menginap, sambil selalu waspada terhadap para monyet dan babi hutan (dan juga biawak yang sesekali muncul), kami siap untuk menjelajahi pulau peucang.
barak tempat menginap

bagian dalam kamarnya



Tujuan pertama: Karang Copong
Untuk menuju Karang Copong, kami harus tracking melewati hutan rimba belantara (lebay banget).
Hutan Pulau Peucang merupakan salah satu ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. Flora di kawasan ini di antaranya merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), dan ki hujan (Engelhardia serrata). Selain itu juga ada pohon Ficus atau ara pencekik, tumbuhan parasit yang melilit pohon lain untuk hidup. Biasanya pohon inangnya akan mati jika aranya menjadi dewasa.

 akar kiara yang legendaris
 

Karang Copong adalah nama sebuah karang mati besar yang berlubang (copong) yang terletak di bagian utara pulau.
Di sini menjadi tempat favorit untuk menyelam karena keindahan dasar laut dan keanekaragam ikannya. Juga menjadi tujuan bagi wisatawan yang menyukai memancing.




Pantai pulau ini teramat indah dengan hamparan pasir putih dengan laut hijau muda kebiru-biruan. Warna biru lautnya sangat ideal untuk kegiatan berenang, menyelam, memancing, atau snorkeling.
Waktu kemarin sih, air laut sedang pasang, maklum sedang purnama soalnya. Jadi kami cuma main-main di pinggir saja sambil mencari kerang atau batu karang yang unik-unik.


Dan kami pun harus bergegas kembali ke penginapan kalau tidak mau terjebak di hutan, karena ternyata kebanyakan dari kami tidak membawa senter X_X.

Malam itupun dilalui dengan tidur sangaaaaatttt nyenyak akibat tidak bisa tidur nyenyak di bus, dan juga kelelahan setelah tracking ke Karang Copong, meski tidur di tempat ala kadarnya (bahkan ada beberapa dari kami yang tidur di saung-saung di tepi pantai, atau tidur di kapal, dan juga mushola).


Keesokan harinya, agenda hari kedua pun sudah menunggu.



Tujuan kedua: snorkling di Citerjun.
Di pulau ini juga terdapat sebuah air terjun di Citerjun. 
Dengan berbekal life vest pinjaman (gratis lho!!), kami siap untuk main air.




terumbu karang di sekitar citerjun

berpose di depan air terjun mini di citerjun


Rasanya lega bisa sampai ke pantai yang ada air terjun mini-nya ini, meski kepikiran juga nanti balik ke kapalnya sanggup atau tidak. Dan ternyata sanggup!!! (ya iya lah..kalo gak, gak bakalan pulang donk)
Setelah semua kembali ke kapal dengan selamat, kami kembali ke Peucang untuk mengembalikan life vest pinjaman, dan juga mengambil bekal makan siang (maklum habis berenang suka pada lapar), dan kemudian lanjut mengarungi lautan untuk menuju Tanjung Layar.


Tujuan ketiga: Tanjung Layar

 pose sebelum tracking
Hanya ada 1 manusia yang menghuni pulau ini, yaitu petugas penjaga mercusuar. Kemarin yang bertugas adalah Pak ************ (lupa namanya).
Sinyal telepon juga cuma ada di area ini (itupun untung-untungan).
Tepat disebelah pos Tanjung Layar terdapat sebuah tower peninggalan Belanda berfungsi untuk sarana komunikasi dan tandon air. Kami singgah di sini setelah dari padang rumput yang bertebing indah.




Bagian barat Tanjung Layar Lighthouse, merupakan lokasi menyelam yang berbatu dan terletak di bawah permukaan laut yang tenang.


Puas menjelajahi Tanjung Layar, kami sibuk mengejar waktu untuk ke Cidaon, supaya bisa ketemu banteng dan hewan lainnya. Sebenarnya gak perlu buru-buru sih. Targetnya jam 15.00 kita sudah harus nyampai di Cidaon. Eh ternyata kami lebih cepat!! Teman-teman BPI memang sedang bersemangat tingkat tinggi. ^.^


Tujuan keempat: Cidaon
Kapal kembali berlayar (eh pakai motor dinks) menuju Cidaon. Menurut bapak petugas yang mengantarkan kami, kalo lagi beruntung bisa ketemua buaya yang sedang berjemur di pantai. Tapi ternyata yang ada hanya para buaya darat yang sedang merapat dan sudah tidak sabar untuk melihat banteng ^_^.

Sebetulnya, Cidaon ini masih merupakan lanjutan Pulau Jawa (maksudnya nyambung tidak seperti Pulau Peucang yang memang terpisah dari daratan Pulau jawa). Tetapi untuk sampai ke Cidaon ini, lebih mudah dijangkau melalui laut.


Di Cidaon, kami hanya ketemu berekor-ekor banteng betina dan 2 ekor banteng jantan (dan 2 ekor burung entah apa namanya, tapi berisik banget). Cukup puas, tapi tetap aja ada yang kurang. Kami tidak ketemu buaya, burung merak, ataupun badak bercula 1 (yang selama ini kami bayangkan bakal berkeliaran di "Ujung Kulon").






Cidaon merupakan tujuan wisata terakhir dalam trip Peucang BPI kali ini. Kami kembali ke Pulau Peucang untuk melanjutkan main air di pantai berpasir putih yang sangat lembut itu.





Perjalanan kali ini ditutup dengan sajian sunrise yang sangat cantik.Bagi kami yang tidur di saung di pinggir pantai, suguhan sunrise dengan gratis ini menjadi bonus perjalanan yang luar biasa. Meskipun baru bangun dan belum mandi, kamera kami sudah stand by untuk mengabadikan fenomena alam yang sering diabaikan saat kami berada di Jakarta.




Sampai jumpa di perjalanan BPI yang lain ***

2 komentar:

  1. ada ulasan lain yang lebih mantap dari salah sati teman BPI (Herajeng Gustiayu) yang dimuat di Kompas.com
    Berikut link-nya:
    http://travel.kompas.com/read/2011/05/25/09091498/Melebur.dengan.Alam.di.Pulau.Peucang

    BalasHapus
  2. SIGNAL TELEPON GIMANA?

    BalasHapus