Day 5: Pulau Penjalin - Pulau Nongkat - Air Sena
Hari ini perjalanan kami dimulai jam 07.30. Mungkin karena 2 hari berturut-turut berenang seharian, jadinya mulai berasa capeknya. Apalagi beberapa dari kami sebenarnya sedang flu saat mulai liburan.
Hari ini kami banyak menghabiskan waktu di pulau Penjalin. Pulau dengan pasir putih yang lembut, seperti pasir di pulau Peucang, Ujung Kulon. Yang membedakan hanya batu gedenya saja.
Pulau Penjalin
Pertama kami snorkling di sisi kanan pantai. Setelah makan siang, kami baru menjelajah di sisi kiri.
Urusan makan ini pun sempat jadi tragedi, karena makanan ketinggalan di speed boat, sementara bapak kapalnya pergi meninggalkan kami (ini kebiasaan orang kapal di Anambas, jadi jangan kaget :p ).
Menjelang sore baru kami menuju pulau Nongkat. Tidak ada kegiatan snorkling ataupun free diving di sini. Kami hanya menikmati landscape yang disuguhkan. Batu gedenya bertebaran di mana-mana, dan ada beberapa landscape cantik yang tersembunyi di beberapa lekukan pantai. Banyak ikan kecil-kecil juga yang tidak akan takut matok-matok kaki kita, kalo kita berendam tanpa bergerak...itu yang terjadi...
Geli-geli gimana gitu ^^
Pulau Nongkat
Masih Pulau Nongkat
Karena semakin sore air laut semakin surut, kami tidak bisa terlalu lama di pulau ini. Jam 4 sore kami sudah cabut kembali ke Tarempa, tapi mampir dulu ke Air Sena.
Air Sena adalah penangkaran ikan di dekat Tarempa. Yang banyak ditangkarkan di sini adalah kerapu, dan hasilnya diekspor ke Hongkong. Tidak ada landscape maupun underwater untuk dinikmati. Kami hanya mengamati kerapu maha besar yang buanyak buanget di situ.
Air Sena
Jamuan makan malam yang istimewa - lobsternya yang membuat jadi istimewa
Day 6: Pulau Semut - Pulau Rango - Pulau Durai
Hari ini hari terakhir kami untuk island hopping dan snorkling. Rencananya mau abis-abisan main airnya, tapi yang terjadi malah sebaiknya. Di Pulau Rango, saya beserta 2 orang yang lain tidur sejak nyampe, dengan alasan arusnya kuat :p
Pulau Semut
Snorkling hanya kami lakukan di pulau Semut saja, pulau pertama untuk hari ini. Kondisi bawah lautnya cukup bagus (meski tidak sebagus di pulau Bawah dan Penjalin), dengan banyak teripang bertebaran. Kalau mau dikumpulkan, kayaknya bisa dapet beberapa puluh kilo.
Konon katanya, sunset di pulau Durai sangat indah, jadinya kami mengagendakan hal tsb, sekalian kami mau lihat penyu bertelur. Hanya saja, kondisi langit sangat berawan, kami tidak bisa melihat bulatan kuning teur itu terbenam.
Sunset at Durai
Sebagai pulau terluar di kepulauan Anambas ini, hampir setiap hari belasan sampai puluhan penyu mampir ke pulau ini untuk bertelur. Sekitar jam 20.00, kami diajak keliling pulau karena sudah ada beberapa penyu yang menepi. Sekitar 1 jam lebih, kami sudah mendapati 5 penyu yang menepi (ada seekor yang tidak jadi bertelur). Dan saat jalan balik ke pondokan, kami berpapasan dengan penyu yang mau balik ke laut..luuucuuu...
Penyu yang akan kembali ke laut
Menurut bapak kapal kami, kalau arah anginnya pas menuju pulau, bisa sampai 30an penyu yang menepi...WOW!!!
Sayangnya penangkaran penyu di sini belum dilakukan sepenuh hati. Menurut info yang kami terima, dari 10 sarang telur penyu, ada 1 sarang yang telurnya dijual untuk konsumsi. Tapi kalau melihat penangkarannya, sepertinya lebih dari 1 sarang sih yang dikonsumsi. Seandainya sudah ditertibkan oleh WWF seperti pulau Sangalaki di kepulauan Derawan >.<
Identifikasi telur penyu
Biasanya pengunjung pulau Durai ini menginap karena kondisi pantai yang berbatu karang dan surut kalo malam begitu, tetapi tidak dengan kami. Akibatnya, kami nyusahin Bapak penjaga pulau, yang meski dengan rela, nganterin kami satu per satu naik sampannya yang bocor untuk mencapai speed boat (sejak menurunkan kami di pantainya, speed boat kami langsung bergerak agak ke tengah dan buang jangkar di sana, karena takut speed boatnya nyangkut kalo tetap di pantai).
Satu hal lagi yang kami salut dari si Bapak, beliau tidak mau dikasih uang...temen saya sampai sedikit memaksa waktu ngasihnya.
Beberapa foto bawah air dari berbagai macam pulau yang kami kunjungi (edited by Harry Mudjiarto)
Day 7: Enjoy Tarempa
Kami memulai hari dengan bermalas-malasan. Baru hari ini berasa liburannya (bangun siang dan tidak melakukan apapun). Kami menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil menikmati indomie telor (gak di mana, makannya tetep aja beginian :p ). Menjelang makan siang, baru kami beranjang ke sisi kiri hotel, mengarah ke klenteng sambil menuju Pondok Nelayan lagi, tapi kali ini untuk makan siang.
Menu makan siang
Pilihan menu
Dari sejak kami tiba di Tarempa sampai hari ini, sebenarnya kami cukup prihatin dengan kondisi pantai di kepulauan Anambas ini. Semua pantai cantik yang kami datangi selalu saja banyak sampah bertebaran. Menurut bapak kapal kami, tidak ada yang tidak boleh dilakukan di daerah ini (dalam hal perusakan lingkungan yah)...membuang sampah di pantai dan di laut, menangkap ikan dengan potas, memperjualbelikan telur penyu, sampai melenyapkan pantai.
Yups benar...karena pembangunan jalan di Tarempa, pantainya jadi ilang :(
Tarempa from the top
Batu 3 tumpuk - landmark Tarempa (selain air terjun Temburun)
Waktu pertama kali tiba di sini dan kami lihat di depan hotel ada terumbu karang, langsung timbul ide bahwa hari terkahir nanti (yaitu hari ini), kami akan nyebur saja di sini. Selain gak perlu sewa speed boat, terumbu karangnya bagus. Tapi waktu lihat sekeliling sudah banyak rumah panggung yang langsung buang limbah rumah tangganya ke laut, urunglah niat itu. Jijiknya kebangetan soalnya.
Sebagai gantinya, kami menikmati sunset dari atas bukit, dekat lapangan futsal.
Pemandangan lain dari atas bukit
Sunset at Tarempa - dari atas bukit
Malam itu kami tidur dengan pulas dan puas. Rasanya kecantikan Anambas yang kami nikmati sepadan dengan segala kegalauan dan perjuangan yang harus kami hadapi. Meski ada keprihatinan dan kekhawatiran, apakah kecantikan ini akan bertahan lama???
Yah...semoga saja penduduknya semakin peduli lingkungan, pemerintah juga ikut memastikan kecantikan ini tetap terjaga...
Day 8: Tarempa - Tanjung Pinang
Sudah belajar dari pengalaman saat berangkat, kali ini kami lebih siap dalam menghadapi perjalanan kembali ke Tanjung Pinang.
Tiket untuk pulang, sebaiknya dibeli secepat mungkin setelah kita nyampe di Tarempa. Kalau tidak, jangan harap kebagian tiket. Itupun kita tidak akan langsung dikasih tiket, tetapi hanya kwitansi. Sehari sebelum jadwal keberangkatan, kita harus antri lagi untuk menukarkan kwitansi tsb dengan tiket yang sesungguhnya.
Kebetulan sekali feri untuk pulang ini sama dengan yang kami gunakan untuk berangkat (teman kami yang nyusul itu ternyata pakai feri yang lain).
Perjalanan pulang ini memakan waktu lebih lama dari berangkat. Dan kali ini bukan lagi film Melayu hitam putih yang disuguhkan, tapi berbagai macam lagu dan film Thailand yang ditonton sepotong-sepotong (lebih banyak tidurnya, dari pada nontonnya).
Sesampainya di Tanjung Pinang, kami memilih untuk menginap di hotel yang lebih dekat dengan pelabuhan, meski ternyata harganya 2x lipat dibanding yang sebelumnya. Sebanding sih dengan kondisinya.
Hotel yang kami pilih
Malam itu, selain membeli oleh-oleh di toko sebrang hotel, sekali lagi kami mengunjungi Akau (dan kali ini tidak sekalap kunjungan pertama ^^).
Day 9: Tanjung Pinang - Jakarta
Kami menggunakan penerbangan pertama untuk menuju Jakarta. Jam 6 pagi kami sudah check out, dan memaksa sarapan (padahal sarapan hotel harusnya dimulai jam 07.00). Untungnya ada teh dan kopi yang sudah tersedia, bahkan nasi goreng pun baru matang.
Kami sudah memesan mobil untuk mengantarkan kami ke bandara. Serasa kembali ke tahun 80an saat melihat mobilnya :p
Bandara Tanjung Pinang - bangunan baru (meski landasan pesawatnya masih pakai yang lama
Daaan liburan lama yang menggetarkan jiwa ini (lebay mode is on) resmi berakhir...
Sayonara Batam...
Sayonara Tanjung Pinang...
Sayonara Anambas...
Entah kapan bisa kembali lagi..yang pasti kami berharap kecantikan itu tidak memudar ^^
previous part 2