Para BPI'ers
Untuk mempermudah kawan kawan berdiskusi mengenai trip ataupun lainnya selain di grup Facebook bisa juga melalui mailling list (milis) di bpigroups@yahoogroups.com dengan melakukan join dengan membuat email kosong ke bpigroups-subscribe@yahoogroups.com
Terima kasih
Tempat kumpul-kumpul Backpacker yg suka travelling, adventure atau perjalanan menikmati kekayaan alam yg seru-seru & saling berbagi pengalaman perjalanannya dan bakti sosial kepada panti asuhan dan yang membutuhkan.
Senin, 31 Oktober 2011
Sabtu, 22 Oktober 2011
Sepotong "Legenda" dari Curug Malela..
Kali ini gw dan para 7 icon beranggotakan tante Desy, mba Yani, mba Octa, mba Yuli, mba Diah, mba Hani dan mba Yuni *ga usah dibayangin* berkesempatan mengunjungi Curug Malela yang dijuliki Niagara Mini oleh orang banyak..penasaran dong kayak apa tempatnya??
Gw langsung terpesona melihat keindahan Curug Malela (Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kec. Rongga, Kab. Bandung Barat) secara langsung dari atas tebing, sekitar 600 m sebelum mencapai sejuknya gemercik air Curug Malela. Curug yang memiliki ketinggian sekitar 60-70 m dari atas tebing tersebut memang menawarkan keindahan yang benar-benar mempesona. Tapiii untuk mencapai keindahan tersebut jalan yang ditempuh tidaklah mudah. Seperti apakah jalannya??
Perjalanan dimulai malam hari dari terminal Kampung Rambutan, kita naek Bis AC antar kota yang menuju Garut dengan biaya Rp.35ribu/orang *criing... . Saran gw sih jangan nunggu di dalem terminal karena gw naek bus jam 20.30 WIB dan bus baru keluar terminal jam 21.30 dan beneran jalan tuh jam 22.30 WIB. Di bus jangan keasikan tidur karena kita akan turun di Padalarang setelah menempuh perjalanan 2 jam..
Disini kita naek angkot warna ijo menuju Cililin, tapi karena udah malem maka kita harus membayar Rp.10ribu/orang *criiing.. menuju kantor pos Cililin karena kita mau numpang rebahan di rumah temennya tante Desy. Keesokan harinya kita mulai perjalanan menuju Curug Malela dengan mencarter angkot menuju kec. Rongga dengan biaya Rp.100ribu/mobil *criiing...
Memasuki daerah Kecamatan Cililin kita akan banyak menjumpai warung oleh-oleh atau jajanan khas daerah Cililin seperti wajit, angleng, dan dodol, bagi yang ingin membeli oleh-oleh, disarankan membeli sewaktu perjalanan awal, karena menjelang sore warung-warung tersebut tutup. Disini juga bisa ditemui pasar yang menjual berbagai macam dagangan dan berbagai jenis manusia yang unik.
Okeh kita sampe di Rongga dan turun dari mobil dengan perasaan yang sama ketika turun dari kapal di Krakatau, karena perjalanan yang dilalui penuh dengan kelokan dan lobang. Disana kita langsung diserbu tukang ojek yang menawarkan jasanya, tapi harga yang ditawarkan gila gilaan, pembukaan aja mereka nawarin 100ribu..as***!!! Daan disinilah awal mula legenda itu dimulai..
Karena kita udah kesel sama para ojekers itu maka diputuskan kita akan jalan sampe Curug Malela. Awalnya para ojekers itu ga percaya klo kita bisa jalan sampe sana dan menakut nakuti dengan bilang bahwa jarak sampe sana tuh 13 km..
Yap bisa ditebak bahwa hanya kitalah wisatawan yang dengannekad senang hati jalan kaki ke sana. Dan sepanjang jalan pula setiap ojek, anak anak, ibu ibu dan wisatawan yang balik dari sana cuma bisa melongo ngeliat kita jalan.
5 km pertama muka kita masih seger oleh pemandangan yang menakjubkan. Di awal perjalanan kita disuguhkan pemandangan ala Nami Island lengkap dengan pohon Damar yang berjejer membentuk lorong dengan sempurna.
Makin mendekati Curug Malela jalanan makin hebat, jalanan berkelok kelok, berbatu, berlobang, tanjakan, dan becek + ga ada ojek jurang di kanan kiri menambah indahnya perjalanan kita hari itu. Hiburan satu satunya adalah sesi pemotretan yang amat sangat menaikkan semangat..
Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam akhirnya sampe di Pos terakhir. Disini ada tempat peristirahatan dimana bikers beristirahat sejenak sebelum turun..Disini juga ada ojekers dan warung mi..Dan disini pula orang orang ramai membicarakan kita. Karena kebandelan kita menempuh jarak 13 km dengan medan yang "bersahabat". Karena ga ada wisatawan yang cukup gila jalan menempuh jarak sejauh itu. Karena kita udah menorehkan sepotong "legenda" di Malela.
Tapi perjuangan belum berakhir, kita masih harus turun untuk mencapai Curug Malela. Trek berikutnya adalah menuruni jalanan setapak curam dan terjal dengan beberapa lereng yang hampir 60 derajat. Disini tampaknya mba Octa yang paling soro, akhirnya berulang kali beliau menitipkan kameranya ke gw.
Tetapi pas dari kejauhan udah terlihat sosok curugnya. Dari jauh aja udah sebegitu bagusnya, apalagi deket?? Mendadak semangat kita bangkit lagi. Setelah melewati beberapa persawahan dan beberapa turunan terjal maka sampailah kita ke Curug Malela. *fiiuuhh..
Subhanallah.. Itu kata pertama gw setelah sampe, indahnya kebangetan!! . Suara gemuruh air dan cipratan airnya seakan membuat lelah kita hilang.. (boong deng..capeknya masih berasa..) Disini lagi lagi Tuhan menunjukan keagunganNya yang bisa membuat semua mata terpaku untuk beberapa saat. Gw agak bingung mau mendiskripsikan nih air terjun. So deskripsikan masing masing aja ya..
Sayang lokasinya jauh di entah berantah Cekungan Bandung!! Jadi, jangan ke Curug Malela, jika anda hanya ingin berwisata, kecuali jiwa petualangan anda memanggil-manggil..
Lagi lagi dibawah kita jadi orang paling terkenal di situ. Ada komunitas bikers yang berkunjung kesitu juga. Lalu mereka nanya..
Bikers : "Mas saya denger kalian jalan ya?dari gerbang yang ada sekolahan ya?"
Gw : "ngga mas kita jalan dari bawah, dari sebelum kebun teh..yang banyak pohon damar itu.."
Bikers : *melongo*..*kedip kedip mata*.."Hah??serius mas??bener bener dari bawah??"
Gw : *cengar cengir*
Puas bernasis gila gilaan maka kita harus balik. Tapi semangat langsung ciut menginga trek yang harus ditempuh untuk kembali. Maka kita sepakat untuk naek ojek untuk sampe ke atas. Ternyata kita udah disambut meriah oleh para ojekers di atas. Dan kita dapet harga Rp.20ribu/orang *criiing..
Jika kalian kira dengan ngojek maka perjuangan berakhir, maka kalian salah sodara sodara!!! Justru dengan ngojek adrenalin makin deras mengalir. Trek tanah menanjak seterjal 60 derajat dikombo dengan tikungan tajam dan deretan tangga harus dilalui (dilalui dengan motor tanpa kita harus turun), belum lagi jalan berbatu dengan jurang di kanan kiri membuat roller coaster di Dufan jadi seperti odong odong. Ditambah ojek gw yang seneng balap balapan. Makin membuat keberadaan Tuhan semakin nyata.. ^.^
Bikers : "Mas saya denger kalian jalan ya?dari gerbang yang ada sekolahan ya?"
Gw : "ngga mas kita jalan dari bawah, dari sebelum kebun teh..yang banyak pohon damar itu.."
Bikers : *melongo*..*kedip kedip mata*.."Hah??serius mas??bener bener dari bawah??"
Gw : *cengar cengir*
Puas bernasis gila gilaan maka kita harus balik. Tapi semangat langsung ciut menginga trek yang harus ditempuh untuk kembali. Maka kita sepakat untuk naek ojek untuk sampe ke atas. Ternyata kita udah disambut meriah oleh para ojekers di atas. Dan kita dapet harga Rp.20ribu/orang *criiing..
Jika kalian kira dengan ngojek maka perjuangan berakhir, maka kalian salah sodara sodara!!! Justru dengan ngojek adrenalin makin deras mengalir. Trek tanah menanjak seterjal 60 derajat dikombo dengan tikungan tajam dan deretan tangga harus dilalui (dilalui dengan motor tanpa kita harus turun), belum lagi jalan berbatu dengan jurang di kanan kiri membuat roller coaster di Dufan jadi seperti odong odong. Ditambah ojek gw yang seneng balap balapan. Makin membuat keberadaan Tuhan semakin nyata.. ^.^
Saran gw sih milih yang naek motor trail, lebih ajiiibb...
Ternyata di di tengah jalan kita udah ditunggu akang angkot yang tadi nganter kita, sekalian aja kita carter sampe stasiun Bandung dengan biaya Rp.200ribu/mobil dengan catetan kita bebas mau mampir beli oleh oleh dan kita juga sempet mampir untuk makan bakso seharga 6ribu/mangkok *criiing..
Di tengah jalan ternyata si akang janjian ketemu cewenya dan yang mantap cewenya bawa temen sekampung, alhasil semua temen tuh cewe ga dibolehin naek ma kita. Semoga mereka ga ribut nantinya ya...
Di stasiun kita naek KA Parahyangan seharga 45rbu/orang *criiing... tapi tetep aja setelah makan malem kita poto dulu di depan stasiun sebagai kenang kenangan.Di tengah jalan ternyata si akang janjian ketemu cewenya dan yang mantap cewenya bawa temen sekampung, alhasil semua temen tuh cewe ga dibolehin naek ma kita. Semoga mereka ga ribut nantinya ya...
Akhirnya tiba juga di Jakarta pukul 23.00 WIB dan kita berpisah untuk kembali ke rumah masing masing.
Tetap sehat, tetap semangat karena lain kali kita akan jalan jalan lagi ke berbagai tempat indah negeri ini..tujuan berikutnya adalah Pulau Sempu..
Trip now, Think later..
NB : Di tengah berbagai terjangan kabar buruk negeri ini, gw sangat ingin memberikan cerita tentang indahnya negeri ini yang bisa membuat kalian tersenyum. Cerita yang bisa membuat kita semua bangga berkata, aku cinta Indonesia.. :)
Trip now, Think later..
Diposkan oleh ramdanUchiha
(sumber: http://ramdanduchiha.blogspot.com/)Nyempil Berdua ke Jawa Tengah - Episode Yogyakarta (part 2 - tamat)
Tetap di tanggal 1 September 2011 - sekitar hotel
Perjalanan normal Semarang - Yogyakarta memakan waktu 3 jam. Tetapi karena bersamaan dengan libur lebaran, jadinya hampir 5 jam kami di bus untuk menuju Yogyakarta. fiuuuhhhh...tidur-bangun-tidur-bangun-tidur-banguuunnnn
Jam 21.00 kami sampai di pool bus di Yogyakarta, kami langsung menunggu taksi karena sudah pingin banget tiduran di hotel (kalo sudah begini gak kepikiran hemat biaya sama sekali :p)
Kami menginap di Hotel Indonesia yang letaknya di jalan Sosrowijayan (tolong jangan disamakan dengan Hotel Indonesia yang di Thamrin, Jakarta..nama boleh sama, tetapi kelas bedaaaaaaaaa banget :p). Hotel ini kami pesan sejak 3 minggu sebelum libur, dengan bantuan teman yang lain tentunya (thx to Yeni). Di daerah ini banyak sekali penginapan, mulai dari kelas melati sampai yang harganya di atas 300rb (apalagi pas lebaran..harga bisa naik 2x lipat). Tarif hotel di hari biasa (bukan momen lebaran), hanya 75-90rb, dengan fasilitas fan dan kamar mandi dalam. Saat itu kami harus membayar 150rb/malam. Tapi oke lah..karena tidak ada lagi yang lebih murah (kalau pun ada, kami belum nemu lagi sih).
Karena letaknya dekat dengan Malioboro (salah satu alasan kenapa kami memilih hotel tsb), tentunya setelah check in, naruh barang dan selonjoran bentar, jalan ke malioboro. Tujuan utamanya adalah ke atm utk ambil cash, dan ke tempat Mirota Batik untuk mendapatkan peta Yogyakarta (sebenarnya kami sudah beli buku wisata Yogyakarta yang juga ada lampiran petanya, tetapi gambarnya cuma sepotong berakhir di panah dgn tulisan "WONOSARI"..bleh bleh).
Karena sudah lewat dari jam 21.00, kami hanya sempat ke atm, dan Mirota Batik sudah tutup X_X. Padahal besok pagi kami sudah harus menuju Gunung Kidul. Sooo..terpaksa nekat dan mengoptimalkan fungsi mata untuk melototin petunjuk jalan dan juga fungsi mulut untuk banyak bertanya.
Oke lah..karena takut tempat persewaan motor juga tutup ato gak kebagian motor, kami langsung berburu persewaan motor. Sudah direncanakan bahwa keliling Yogya akan menggunakan motor (yang nyetir pasti bukan aku duehh..gak bisa soalnya). Sebelum ke Malioboro tadi sempat nanya-nanya ke petugas penginapan, ternyata seberang hotel adalah tempat persewaan motor dan sepeda. Ya langsung lah 3 langkah kami ke sana (sebenarnya berlangkah-langkah sih..tp gak penting bahas jumlah langkah menuju ke sana kan :p).
Kami sudah dapat info soal sistem penyewaan motor disini bahwa harus ada uang jaminan sebesar 2juta karena banyak motor yang gak dibalikin oleh penyewa (fiiiuuuuhhhh..gini nih..akibat beberapa oknum, orang lain jadi kena imbasnya kaaannn).
Harga sewa motor sendiri 60rb/hari, dengan perjanjian jika pada saat mulai sewa, tangki bbm dalam kondisi full, maka saat dikembalikan nanti harus difull-kan juga, begitu juga sebaliknya.
So, kami bayar 2juta, uang sewanya kami bayar belakangan, dan tangki bbm ternyata sedang full, motor langsung kita bawa ke penginapan..diparkir di sana.
Beres kewajiban malam ini. Bisa tidur dengan setengah tenang (gara-gara masalah peta yang gak jelas), sambil sibuk belajar baca peta.
yang disewakan hanya motornya lho :p
2 September 2011 - Eksplor pantai-pantai selatan
Sepakat bangun jam 06.00 supaya jam 07.00 bisa mulai jalan. So setel alarm..dan target tercapai ^_^.
Jam 07.00 kami mulai jalan dari penginapan, tapi sarapan dulu. Di sepanjang jalanan malioboro banyak yang jual sarapan. kami mapir di saah satunya. Setelah sarapan nasi rawon seharga Rp.8000,-, kami siap utk melototin peta (sebenernya sih aku yang melototin peta, karena Inge yang nyetir motornya).
Pantai Sundak dsk berada di daerah Wonosari, jadi sebetulnya kami perlu peta Yogyakarta s/d Wonosari. tapi peta yang kami gak tuntas..hadeeuuuhhh!!!!
Karena peta cuma sepotong (dan yang baca peta gak berpengalaman), dan yang nyetir motor sudah lama gak nyetir, jadilah perjalanan yang harusnya 2 jam, menjadi 3,5 jam. Tapi semua terbayar saat masuk kawasan Gunung Kidul yang indah banget, terutama susunan batu gamping yang berjajar dengan pohon-pohon kapuk...fiiiuuuhhhh...kalo ada handycam, pasti direkam dueh..cuma karena adanya kamera doank, ya wes lah foto-foto.
lekukan-lekukannya sungguh menawan
jajaran pohon kapuk
Sebenarnya, pas mulai ngeliat pemandangan ini, selain senang, kami juga lega. Berarti gak salah jalan. Soalnya kalo baca peta dan tulisan alamat di toko-toko yang di pinggir jalan, kami sudah di Wonosari. Tetapi setiap kali kami baca petunjuk jalan, selalu digambarkan arah lurus = "Wonosari".
Kami sempat mikir, lah kalo Wonosari masih lurus, terus sekarang ini sudah nyampe mana?? X_X
Sejak masuk daerah Wonosari, frekuensi bertanya semakin sering. Tapi semua orang yang ditanya selalu bilang "masih jauh, mbak..masih 1 jam lagi"..beh beh beh.. Sampai akhirnya kami 1/2 jam kemudian kami nanya ke seorang bapak, dan dibilang "ohh 2 lampu merah lagi, pas pertigaan, namanya pertigaan amigo belok kanan yah".
Karena gak tau amigo itu apaan, kami berpatokan ama lampu merah aja...Ternyata oh ternyata..amigo itu nama toko..astagaaaa...
Seteleha belok kanan ini baru mulai bermunculan petunjuk arah pantai Baron, dan akhirnya sampailah kami di pertigaan yang benar-benar membahagiakan. Pertigaan yang ada gambar dan arah pantai-pantai itu. yipppiiieeee!!!!
Karena gak tau amigo itu apaan, kami berpatokan ama lampu merah aja...Ternyata oh ternyata..amigo itu nama toko..astagaaaa...
Seteleha belok kanan ini baru mulai bermunculan petunjuk arah pantai Baron, dan akhirnya sampailah kami di pertigaan yang benar-benar membahagiakan. Pertigaan yang ada gambar dan arah pantai-pantai itu. yipppiiieeee!!!!
Tulisan ini yang ditunggu-tunggu - sayang pake acara rusak begitu
Dengan melihat daftar pantai-pantai itu, kami memutuskan untuk mulai dari yang terjauh...dan tidak menyesal memutuskan demikian, karena ternyata yang terjauh adalah yang terindah (dan semakin jauh, semakin jarang pengunjungnya) ^_^.
Beberapa pemandangan di pantai Sundak.
jalanan di pinggir pantai
di balik karang itu ada pantai lagi yang lebih kecil
sisi kanan lebih jarang pengunjung
Di balik karang-karang di sebelah kiripantai,masih ada pantai nyempil yang ebih sedikit lagi pengunjungnya. Kami berhenti disitu, memasang tripod untuk mulai narsis sambil istirahat setelah 3 jam membelah gunung *lebay*
small part yang gak kalah indah dengan pantai yang besar tadi
Jam 11 cabut dari pantai ini menuju ke pantai-pantai berikutnya. Target kami jam 13.00 sudah harus balik dari pantai Baron (sebagai tujuan terakhir), supaya tidak kemaleman di jalan.
Selain pantai-pantai yang disebutkan di plang itu, sebetulnya ada beberapa pantai lagi di sepanjang daerah tersebut. Ada pantai Watu Kodok, Sepanjang, Siung (sayang kami gak sampe sini), dsb (detail bisa dilihat di http://www.wisatagunungkidul.com/2010/08/daftar-obyek-wisata-pantai-gunungkidul.html).
Pantai Drini - pantai nelayan
Pantai Kukup
Masih Pantai Kukup
Pantai Baron
Kami kurang bisa menikmati pantai Baron karena padat banget di sana. Cuma sempat jepret beberapa kali (itupun pake jinjit2..kalo gak, yang dijepret cuma kepala orang), dan makan siang, langsung cabut dueh.
Rupanya pantai-pantai ini mulai dikenal. Petugas pantai Baron pun mengatakan bahwa tahun ini terjadi lonjakan jumlah pengunjung. Dan hal tersebut sangat menggembirakan..yang seharusnya diimbangi dengan penyediaan transportasi menuju kesana (saran nih buat pemda Wonosari).
Rupanya pantai-pantai ini mulai dikenal. Petugas pantai Baron pun mengatakan bahwa tahun ini terjadi lonjakan jumlah pengunjung. Dan hal tersebut sangat menggembirakan..yang seharusnya diimbangi dengan penyediaan transportasi menuju kesana (saran nih buat pemda Wonosari).
Soalnya tidak ada angkutan umum untuk menuju ke pantai-pantai ini, kecuali menggunakan kendaraan pribadi atau carteran (atau sewaan seperti kami).
Kalau berangkat tadi 3,5jam, pulangnya kami membutuhkan waktu lebih cepat..3 jam saja (yah lumayanlah 30 menit lebih cepat :p). Selama di perjalanan 2x kami isi bensin, dengan total Rp. 20.000,-.
Terus terang sih, bukan pantai yang berkesan dalam perjalanan ke Gunung Kidul ini. Melainkan tebing2 batu gamping di sepanjang perjalanan yang menakjubkan. Perpaduan antara keindahan dan misteri. Sayang sekali kemampuan fotografi masih cupu, jadinya yah mesti puas dengan memandangi foto + ngebayangin aslinya saat itu.
pemandangan Gunung Kidul - 1
pemandangan Gunung Kidul - 2
pemandangan Gunung Kidul - 3
pemandangan Gunung Kidul - 4
Oh ya..lucunya pas di pantai Kukup, ada rombongan yang mengira kami adalah wartawan..sampe minta difotoin segala bleh bleh bleh...
Mas baju putih inisiatornya
rombongannya
Balik dari Gunung Kidu menuju Malioboro sempat kena tilang gara-gara melanggar lampu merah >.<.
Pengeluaran tak terduga dan tak rela nih..tapi apa boleh buat ;(
Sampai di hotel sempat selonjoran bentar..cuci muka, terus mulai dueh acara wanita..borong timeeeee... Inge yang tadinya lemes gara-gara nyetir n bete gara-gara ditilang, langsung semangat 45..MERDEKA!!!!
Borong pernak-pernik lucu sambil foto-foto tentunya. Sebenernya sih kaki sudah pegal banget, tapilebih pegal pantat, makanya kami terus jalan sampe malem (toh besok gak berangkat sepagi tadi).
pertigaan dekat BNI
3 September 2011 - Habis air, sekarang batu
Aktivitas pagi ini dimulai 1/2 jam lebih lambat dari kemarin. Tujuan hari ini pun tidak sejauh kemarin.
Hari ini kami akan ke arah Solo..mau mengunjungi candi-candi di sana. Tujuan utamanya Prambanan & Ratu Boko. Kaliurang dan Borobudur dilewatkan dengan alasan rute yang nyeleneh dan juga sudah pernah (Prambanan juga sudah pernah sih..Ratu Boko yang belum).
Rute awalnya agak mirip kemarin..sarapan dulu di Malioboro dan melewati jalan yang sama menuju Solo, dengan melewati Ring Road (soalnya cuma itu peta yang kami punya dan rute itu yang sudah dilewati). Kalau mau menggunakan angkutan umum bisa saja, yaitu dengan naik bus yang menuju Solo. Cuma kami tetap pakai motor, meski agak deg-degan karena gak ada petunjuk jalan untuk menuju candi Ratu Boko.
Untung saja masalah itu segera terpecahkan begitu kami sampai di Prambanan. Di sana dijual tiket terusan Prambanan-RatuBoko (kayak Dufan aja yah), yang sudah termasuk tiket masuk + shuttle pp. harganya rp. 38.000/orang. Shuttle-nya ada yang berupa bus ada yang berupa elf, tergantung giliran (dan tidak ada perbedaan tarif).
Karena masih pagi, sambil menunggu giliran berangkat (untuk naik shuttle kita mesti daftar dulu supaya dapat nomor urutan), langsunglah jepret-jepret Prambanan secara utuh ^_^.
Prambanan - sebelum banyak cendol
Akhirnya, tiba giliran kami berangkat ke Ratu Boko...yuukksss...
Berdasarkan peta itu, mestinya banyak titik yang bisa dikunjungi..tapi ternyata candi ini tingga puing-puing...yang dibilang kolam, sudah gak ada..yang tersisa hanya gardu pandang dan tempat pembakaran mayat..haddeuuhhh
hanya begini yang tersisa - tanah lapang kosong itu bisa dipakai buat camping
pemandangan dari gardu pandang - bisa lihat Prambanan
Puas keliling, kami cari spot untuk pasang tripod, dan mulailah narsis sebelum nongkrong di kafe Ratu Boko (bahkan saat wisata budaya pun kepikiran nongkrong di kafe :p)
segala macam pose dan spot tidak terlewatkan
Sudah ngemil, sudah nongkrong..saatnya kembali ke Prambanan..bye Ratu Boko..pinginnya sih candi itu dibangun lagi (dimirip-miripkan ama aslinya, biar gak kosong begitu).
Okeeee...kami kembali ke Prambanan. Pas mau mulai keliling, ada bapak tukang foto yang lagi ngerayu salah satu pengunjung supaya mau difoto. Si Bapak bilang: "di sini spot terbaik..bisa dapat Prambanan secara utuh".
Wah wah wah..gak pake mikir 2x, langsung tripod dipasang lagi (tadi pagi sebenernya jepretan maksa biar dapet utuh). Dan..beneran tuh bapak..cuuhhhuuyyy
best pose
Best pose yang gak perlu bayar (cuma perlu bayar tukang pijat aja sih buat mijetin punggung n pundak akibat gotong tripod) :p
Keiling-keliling Prambanan membuat kami agak heran karena banyak candi yang gak ada, alias runtuh. atau terlihat beberapa candi yang dipagari. Sempat bingung sih kenapa begitu. Terus keingetan kalo beberapa tahun lalu kan Yogya kena gempa. Begiinilah saah satu akibatnya. Menurut petugas di sana, masih ada ratusan candi yang perlu dibangun kembali. Ciayooooo pak...jangan menyerah yahhh!!!
reruntuhan candi akibat gempa - 1
reruntuhan candi akibat gempa - 2
salah satu candi yang bertahan dari gempa
Kami juga masuk ke museum di Prambanan (gratis nih..sudah termasuk di tiket masuk Prambanan).
halaman museum - 1
halaman museum - 2
Puas keliling di dalam candi, kami memutuskan untuk keliling kios-kios di Prambanan..sekali lagi saatnya borong time (nanti malam lanjut lagi di Malioboro lhooo qiqiqiqiqi). Baru setelah itu kami kembali ke hotel (pertunjukan sendratari Ramayana terpaksa dilewatkan soalnya malam mulainya, dan juga bayar lagi >.<).
Dalam perjalanan pulang,kami isi bensin sekali lagi sebelum dikembalikan ke persewaan. Kali ini cuma perlu isi Rp. 10.000,-.
Seperti saat menyewa, pada saat memulangkan motor pun kami gak mau menundanya (karena sebenernya pingin ngambil uang jaminan itu buat shopping lagi :p).Setelah membayar uang sewa motor 2 x 24 jam sebesar Rp. 120.000,-, kami langsung balik hotel untuk selonjoran sekali lagi sebelum ngider di Malioboro.
Ada makanan yang sangat sangat sangat sangat sangat kuinginkan sejak sebelum berangkat liburan, yaitu brongkos. Jadinya di malam terakhir itu berburu brongkos (bukan cuma batik, kaos, dan tas). tapi ya ampppyyyuuunnn..brongkos sudah jadi makanan langka. di mana-mana hanya jual gudeg..iiihhhhhhh
bahkan yang duunya jual gudeg dan brongkos, sekarang sudah gak jual lagi. OMG
4 September 2011 - wisata keraton dan go home :(
Hari ini bangun paling siang dari semua hari selama liburan..tapi gak siang-saing banget sih. Jam 08.00 kami baru keluar hotel.
Tujuan hari ini hanya beli oleh-oleh makanan khas (bakpia pathuk dkk), taman sari, keraton Jogja, dan janjian ketemu Yeni yang sudah berjasa banget dalam liburan kami di Jogja.
Pengurus hotel mencarikan kami becak yang akan mengantar kami keliling Jogja, dengan tujuan pertama adalah tempat batik (ini sih destinasi tambahan gara-gara nafsu shopping-nya belum sepenuhnya tersalurkan di Malioboro). Sebelum beli batik, sempat mampir pasar tradisional setempat untuk berburu brongkos (ini juga destinasi tambahan kedua akibat gak ketemu brongkos dari semalem).
Habis ngeborong, kami langsung menuju Taman Sari, sebelum semakin siang lagi. Untuk masuk perlu bayar tiket, tapi lupa berapa ribu (yang jelas gak sampai Rp. 10.000,-/orang).
Taman Sari - 1
Taman Sari - 2
Taman Sari - 3
Dari Taman Sari, langsung menuju keraton. Untuk masuk keraton bayar tiketnya murah, dan juga ditambah Rp. 1.000,- untuk kamera (kamera yang didaftarkan hanya 1 soalnya). Tiket masuk keraton juga lupa berapaan. Yang jelas, tarif untuk wisatawan asing berbeda dengan wisatawan lokal.
Keraton - 1
Keraton - 2
Keraton - 3
Jam 12.00 kami keluar dari keraton dan menuju hotel. Di sana Yeni dan keluarganya sudah menunggu. Bapak becak yang baik hati kami kasih Rp. 30.000,- untuk mengantar kami muter-muter setengah harian.
Foto keluarga sebelum makan siang :p
Kami menghabiskan waktu dengan ngobrol dan makan siang sampai waktunya kami kembali ke Jakarta.
Jam 15.00, kami menuju halte shuttle bus di Malioboro (depan pasar Beringharjo) untuk menuju airport. Dan untungnya kali ini penerbangan kami ke Jakarta tidak delay lagi.
Aku yang tadinya cuma bawa 1 daypack, beranak jadi 2 (1 nya ransel kain yang beli di Prambanan), sementara Inge yang tadinya bawa 1 daypack + 1 hand bag, beranak cucu dengan nambah 1 tas kain jinjing kecil dan 1 tak kain jinjing gede :p...
Benar-benar backpacker mewah hahahahaha..
Diposting oleh: Octa
Langganan:
Postingan (Atom)